Selasa, 21 Maret 2017

LANDASAN SOSIAL DAN BUDAYA DALAM PENDIDIKAN


BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hamper tidak pernah lepas dari unsur budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok , bahkan hampir semuanya dikerjakan lebih dari seorang. Ini berarti terdapat unsur-unsur sosial ada di setiap kegiatan-kegiatan tersebut. Selanjutnya tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan adalah merupakan unsur dari suatu budaya.
Sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serat kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Pendidikan ada dan hidup di dalam masyarakat, maka keduanya memiliki hubungan ketergantungan yang erat. Pendidikan mengabdi kepada masyarakat dan masyarakat menjadi semakin berkembang dan maju melalui pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan pendewasaan masyarakat. Maka lembaga-lembaga pendidikan harus memahami perannya tidak sekadar menjual jasa tetapi memiliki tugas mendasar memformat Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Masyarakat ternyata tidak statis, tetapi dinamis, bahkan sangat dinamis. Pada masa sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat pesat.Isu postmodernisasi dan globalisasi sebenarnya ingin merangkum pemahaman suatu perubahan yang sangat cepat dan dahsyat. Modernisasi adalah proses perubahan masyarakat dan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju modern. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu kondisi meluasnya budaya yang seragam bagi seluruh masyarakat di dunia. Globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang begitu cepat. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan sosial dan budaya yang sama.
Landasan sosial dan budaya dalam pendidikan memainkan perannya untuk ikut memformat pendidikan yang mampu berkiprah secara kontekstual. Sistem, muatan, proses dan arah pendidikan perlu ditata ulang dan diatur secara khusus sehingga mampu menjawab sekaligus bermain di arena perubahan sosial tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sosiologi pendidikan ?
2.      Bagaimana hubungan antara kebudayaan dan pendidikan ?
3.      Bagaimana hubungan masyarakat dan sekolah ?
4.      Bagaimana dampak konsep landasan sosial budaya terhadap pendidikan ?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian sosiologi dan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui hubungan antara kebudayaan dan pendidikan.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara masyarakat dan sekolah.
4.      Untuk mengetahui dampak konsep landasan sosial budaya terhadap pendidikan.











BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Sosiologi dan Pendidikan
            Ada sejumlah definisi tentang sosiologi, namun walupun berbeda-beda bentuk kalimatnya, semuanya memiliki makna yang sama.  Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan dengan  satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
            Menurut Crow and Corw berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan  menurut Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek)dan jasmani anak.
                Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut
1.  Empiris,adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2.   Teoretis,adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya.
3.   Biasa disimpan dalam waktu lama dan dapat  lebih diwariskan kepada generasi muda.
4.   Komulatif,sebagai akibat dari penciptaan terus menarus sebagai konsekuensi darri terjadinya perubahan dimasyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
5.   Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta indiuvidu di dalamnya, tidak menilai apakah hal nitu baik atau buruk.
Pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan . pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan sosiologi.  Konsep atau teori sosiologi member petunjuk  kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab bersama teman.
Menurut wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi:
1.      Interaksi guru dengan siswa
2.      Dinamika kelompok dikelas dan diorganisasi intra sekolah
3.      Struktur dan fungsi system pendidikan
4.      System-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan
                  Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling saling terkait. Mari lihat bagaimana bagian-bagian dari sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan. Diantaranya adalah tentang proses sosial, yaitu suatu cara berhububungan antar individu atau antar kelompok atau individu atau kelompok yang menimbulkan betuk hubungan tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini menjadikan sesorang atau kelompok yang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Dia atau mereka semakin kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih percaya pada pihak lain, dan sebagainya.
Faktor-faktor interaksi dan proses sosial adalah
1.      Imitasi  atau peniruan yang bisa bersifat positif atau negatif contohnya anak meniru orang tuanya atau gurunya berpakaian rapih, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara fositif baik terhadap orang tuanya maupun terhadap gurunya. Contoh negative anak meniru orang lain meminum minuman keras  maka ia melakukan sosialisasi negative.
2.      Sugesti akan terjadi kalau seseorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.namun kalau anak terlalu sering mensiolisasi lewat sugesti dapat membuat gaya berpikir rasional terhambat.
3.  Identifikasi, seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar. Contoh ketika terdapat seorang guru wanita yang cantik maka seorang anak ingin secantik gurunya paling sedikit dalam caranya berdandan.
4.      Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak-anak akan tertib, mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar.
Menurut Coleman (1984) menulis bahwa satu yang terpenting fungsi sekolah ialah memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial dan reaksi.
Kebutuhan reaksi disini membuat anak-anak merasa gembira, antusias, dan merasa tidak di paksa datang kesekolah. Perasaan seperti ini bertalian erat dengan perasaan sosial
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut :
1.      Kontak sosial
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
·        Kontak antar individu, misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa di sekolah.
·         Kontak antar individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contoh nya ialah seorang remaja ingin ikut perkumpulan sepak bola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus bp3 mendatangi kepala sekolah untuk keperluan tertentu dan sebagainya.
·         Kontak antar kelompok, misalnya rapat orang tua siswa dengan guru-guru, dua perkumpulan sosial berorganisasi untuk mengatasi kenakalan remaja, dua kelompok kesenian merencanakan main bersama disuatu daerah dan sebagainya.
2.      Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau kelompok orang.
Alat-alat komunikasi diantaranya
Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halu,kasar, dan keras tergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
·         Melalui mimik, seperti raut muka,pandangan,dan sikap.
·        Dengan lambing, contohnya ialah berbicara isarat untuk orang-orang yang tuna rungu, Menempelkan telunjuk didepan mulut, menggelengkan kepala, menganggukan kepala, membentuk huruf O dengan jari tangan, dan sebagainya.
·        Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio,televise,telepon, dan media cetak seperti buku,majalah dan lain-lain.


Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu:
1.     Kerja sama, misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama antar guru-guru dengan para orang tua siswa, dan sebagainya.
2.     Akomodasi, ialah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan,serta kondisi berimbang diantara para anggota. Contoh interaksi orang tua siswa yang tidak setuju dengan kenaikan SPP dengan guru-guru atau kepala sekolah yang akhirnya melahirkan kesepakatan tertentu.
3.     Asimilasi atau akulturasi adalah usaha mengurangi perbedaan pendapat, sikap, dan tindakan dengan memeperhatikan tujuan-tujuan bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya alkulturasi yaitu :
·         Toleransi
·         Menghargai kebudayaan orang lain
·         Sikap terbuka
·         Demokrasi dalam banyak hal
·         Ada kepentingan yang sama
4.      Persaingan, sebagai bentuk interksi sosial yang negatif. misalnya persaingan untuk mendapatkan nilai akademik tertinggi dan persaingan dalam berbagai perlombaan, namun persaingan dalam pendidikan lebih banyak negatif nya daripada positifnya.
5.      Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjukan pertentangan atau konflik seperti perbedaan kepentingan, kebudayaan, dan pendapat.
                  Dengan demikian sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai pada anak di sekolah. Karena salah satu fungsi sekolah adalah untuk memperbaiki mental anak. Seperti harapan Wuradji (1988) mengatakan bahwa sekolah sebagai control sosial yaitu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak baik dikala dirumah maupun di masyarakat, dan sekolah sebagai perubahan sosial yang menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga yang baik, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.

                  Dari uraian tentang sosiologi atau sosiologi pendidikan di atas dapat disarikan sebagai berikut :
1.      Sosiologi menunjukkan pentingnya kegiatan sosialisasi anak-anak dalam pendidikan.
2.      Memberikan bantuan dalam usaha menganalisis proses sosialisasi anak-anak. Seperti konsep tentang interaksi sosial, kontak sosial, komunikasi, bentuk interaksi sosial, dan sebagainya.
3.      Kelompok sosial dan lembaga masyarakat dengan berbagai bentuknya, termasuk sekolah.
4.      Dinamika kelompok, yang sudah tentu berlaku juga dalam dunia pendidikan.
5.      Konsep-konsep untuk mengembangkan kelompok sosial dan lembaga-lembaga masyarakat.
6.       Nilai-nilai yang ada di masyarakat serta keharusan sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada diri anak-anak.
7.      Peranan pendidikan dalam masyarakat.
8.      Dukungan masyarakat terhadap pendidikan.

2.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat. Sedangkan kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen dalam kebudayaan sebagai berikut (1) gagasan, (2) ideology, (3) norma, (4) teknologi,(5) benda. Agar menjadi lengkap perlu ditambah komponen lagi diantaranya ilmu, kesenian, dan kepandaian.
Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan. Ketiga hal itu menurut Kneller ialah ; (Imran Manan,1989).
1.      Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru. Hasil penemuan ini menggeser atau memperbaharui yang lama.
2.      Difusi, pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang baru ke dalam budaya lama. Tarian-tarian kontemporer ada kalanya merupakan difusi antara tarian klasik dengan tarian modern. Begitu pula ada music yang menggabungkan music barat dan music gamelan sebagai music timur.
3.      Reinterpretasi, ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi elemem-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai denga keadaan zaman. Surat kawin diadakan karena kebutuhan administrasi zaman dulu kawin cukup disahkan oleh warga setempat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Perubahan itu bisa bersumber dari ketiga hal tersebut. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Pendidikan adalah enkulturasi (Imran Manan, 1989). Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah adalah salah satu tempat enkulturasi, sedangkan tempat lain dalam keluarga, perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan dan lain-lain.

2.3 Masyarakat dan Sekolah
Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini adalah Lembaga Pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara relatif sempurna, walaupun cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan parapersonalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari dan perjuangan di sekolah.
Sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan sebagai menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya.  Lembaga pendidikan yang benar adalah ibarat menara mercusuar yakni menara penerang, yaitu berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakat setempat. Lembaga pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu ia berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat dengan cara memberi penerangan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru, merintis cara beternak dan bertani yang lebih baik, dan sebagainya.
Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga belajar bisa belajar tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan tertentu, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap sebagai warga negara.
Khusus bagi para siswa dan para remaja, manfaat pendidikan atau lembaga pendidikan adalah bersifat sebagai wahana persiapan untuk menjadi individu dan warga Negara yang baik
Manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat diantaranya:
1.      Pendidikan sebagai transmisi budaya pelestari budaya.
2.      Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya.
3.      Sekolah mengembangkan kepribadian anak di samping oleh keluarga anak itu sendiri.
4.      Pendidikan membuat orang menjadi warga Negara yang baik, tahu akan kewajiban dan hak nya.
5.     Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat.
6.     Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, melalui pelajaran ilmu, teknologi, dan kesenian.
7.      Sekolah meningkatkan alat control sosial dengan member pendidikan agama dan budi pekerti.
8.     Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
9.     Pendidikan adalah sebagai perubah sosial melalui kebudayaan-kebudayaan yang baru.
10.  Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja.
11.  Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat.
Hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lain, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang relatif lama. Badan kerja sama ini yang anggota-anggotanya adalah wakil-wakil oarang tua siswa, para tokohasyarakat, dan beberapa guru bertugas membantu mensukseskan misi pendidikan. Pada masa sekarang badan ini banyak berkecimpung dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal, di samping mengurusi dukungan-dukungan masyarakat terhadap sekolah seperti telah diuraikan di atas.
Berdasarkan uaraian di atas, dapatlah kita sarikan penjelasan masyarakat dan sekolah ini sebagai berikut:
1.      Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dalam fasilitas sosialisasi.
2.      Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak.
3.      Masyarakat memberi sejumlah dukungan kepada sekolah.
4.      Perlu ada badan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam mensukseskan pendidikan.
Hubungan pendidikan dan masyarakat merupakan hubungan timbal-balik. Hubungan ini dapat dianalogikan seperti air dan ikan, yang mana pendidikan (sekolah) sebagai ikannya dan air sebagai masyarakat. Perkembangan ikan sangat tergantung pada kualitas air, di mana ikan itu hidup. Begitu juga pendidikan, berkembang atau tidaknya ditentukan oleh kualitas lingkungannya yang disebut masyarakat. Sekolah memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Sebaliknya, masyarakat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan pendidikan sehingga proses pendidikan berjalan dengan efektif dan mampu mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Dengan demikian, tercipta sumber daya manusia yang mampu mengakselerasi proses pembangunan masyarakat (Rulam Ahmadi, 2014)

2.4 Dampak Konsep Landasan Sosial dan Budaya dalam Pendidikan
Setelah membahas tentang sosiologi, kebudayaan dan masyarakat dikaitkan dengan pendidikan, maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan sebagai berikut (Made Pidarta, 1997):
1.      Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan dalam masyarakat.
2.      Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil atau orang tua siswa.
3.      Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4.      Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5.      Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.
6.      Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigm pendidikan yaitu dari sekolah ke masyarakat yang luas dengan berbagai pengalam yang luas.
7.      Kebudayaan perlu ditertibkan lebih baik lagi.
8.      Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan, yang tidak lulus akreditasi digabungkan, seleksi masuk lebih diketatkan.
9.      Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat.
10.  Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok, melakukan survey di masyarakat, ikut memecahkan masalah masyarakat, dan diberi kesempatan berkreasi atau menemukan ide-ide baru.
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu:
1.      Mewujudkan Masyarakat yang Cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa.
2.      Transmisi Budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
3.      Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4.      Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5.      Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat
untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.













BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
·         Sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
·         Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serat kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
·         Sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan persekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
·         Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
·         Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan, sedangkan kain latarnya adalah masyarakat itu sendiri. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat akan terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme, yakni lembaga pendidikan memberi manfaat untuk me3ningkatkan peranan mereka sebagai masyarakat.

3.2 Saran
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosialbudaya. Maka,disini kami selaku penulis mengharapkan dengan adanya penulisan makalah ini pembaca dapat mengembangkan konsep konsep yang ada dalam tulisan ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penyusun.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar