Kamis, 14 Desember 2017

Salim si Bocah Palestin

Salim si bocah yang kencingnya masih belum lurus
sudah mulai belajar melempar-lempar batu dan mengangkat senjata
karena sekolah tempat selama ini ia belajar matematika dan Ilmu alam sudah runtuh
hampir rata dengan tanah

situasi mencekam sudah biasa ia lewati
petir-petir langit yang diiringi ledakan bom
bunyi pistol,  tembakan tank dan suara bising pesawat tempur
senantiasa mengisi hiburannya setiap hari

hidupnya mungkin tak seperti anak di negara lain
tentram, sejahtera, dan aman berkumpul bersama sanak saudara
bermain bersama teman-teman sebaya
mendengarkan dongeng guru, belajar di sekolah dan
mengaji al-Qur'an di langgar

bagaimana bisa sekarang dia merasakan seperti itu
keluarganya selalu dihantui rasa ketakutan
karena sewaktu-waktu tentara-tentara bajingan Israel itu bisa menyerang
teman-temannya sibuk untuk berlindung diri, tak ada waktu bermain leluasa
sekolahnya pun kebetulan hancur dibom
masjid-masjid sekitar rumahnya di kelilingi tentara Israel

satu waktu Salim pernah hampir tidak bernyawa
salah satu tembakan tank menghancurkan tempat tinggalnya
untung beberapa pemuda kampung cepat mengambilnya dari tumpukan batako rumahnya yang hancur
ajaib Salim masih hidup
ia keluar dengan tangisan menjerit
wajahnya mengalir darah
seluruh badanya terlihat lesu tak berdaya
kulitnya berlapis debu-debu tebal akibat reruntuhan tembok
rambutnya acak-acakan
kaki tanganya lebam
kepalanya bocor kejatuhan reruntuhan bangunan
mengenaskan....
entah kemana keluarganya saat itu, mungkin sibuk sendiri untuk berlindung dari tentara lain

tak lama kemudian sang Ibu datang memeluk dan menggendong Salim
Salim si bocah sudah mengalami peristiwa itu
...

Kota idamannya sekarang sudah di ambil negara orang
kehidupannya semakin berantakan
masa depannya cenderung suram
bendera agamanya telah di injak-injak

mungkin di negara Salim tidak mengenal menyerah
mundur menjadikannya hina
hidup untuk jihad atau mati dalam kesyahidan
sayang semangat itu mungkin bisa terkalahkan
dengan kebijakan antek-antek penguasa bajingan

hidupnya menjadi sejarah
matinya dikenang
do'a kami mengiringimu...







Rabu, 13 Desember 2017

Sekedar

wahai pagi ini lihatlah..
Bagaimana burung elang itu terus mengepakkan sayapnya ke atas sana..
apakah ada kiranya ia ingin menyelam ke dasar lautan..
dan menyantap ikan-ikan di dalamnya..

wahai siang ini lihatlah..
Bagaimana kelompok kijang-kijang itu menggerogoti dedauanan..
apakah kiranya ada kekuatan untuknya berburu sapi..
menikmati daging dan tulang-belulangnya..

wahai malam ini lihatlah..
Bagaimana kelompok kelelawar itu berburu pada hari yang begini gelap..
apakah kiranya ada hasrat untuknya ingin keluar menari-nari
dan berterbangan dibawa matahari di siang bolong
kemudian menikmati santapan untuk sekedar mengisi perutnya..

sadarku menegurku..
disaat langit ini tidak lagi bercengkrama denganku..
disaat cakrawala terlihat mulai memburam dan memudar dimataku..
disaat nyawa-nyawa makhluk-Nya mulai saling bercinta satu sama lain dihadapanku..
disaat planet-planet mengalunkan lagu-lagu untuk dirinya sendiri tanpa menghiraukanku..
disaat bencana-bencana menemani negeriku..
disaat pembicaraan dari mulut orang-orang itu mulai berteriak dan terasa bising ditelingaku..

semua sadar mengingatkanku
akan dunia ini yang tak semau diriku
akan jiwa ini yang tak semau hasratku
akan otak ini yang tak semau pikiranku
akan raga ini yang tak semau kekuatanku
akan keringat ini yang tak semau porsirku

kita akan terlihat begitu lemah..
sangat lemah..

memang kita tercipta hanya untuk ber-ingin..
memang manusia terlahir hanya untuk ber-hasrat..
memang hati terbuat hanya untuk berandai-andai...

kuasa apa kita bisa mengatur kondisi hari..
kuasa apa kita bisa menentukkan hasil..
kuasa apa kita untuk mengobati luka hati..
kuasa apa kita untuk merubah ucap kata..
kuasa apa kita untuk mengukur lembah duka..

semua yang tercipta begitu lemah..
Tuhan memang mencipta makhluk sewajarnya saja..
tak ada kekuatan baginya..
selamat kembali kepada-Nyalah tujuan dari sadarku..

Senin, 13 November 2017

Ringan

Semua itu sederhana
Tidak sesulit menganyam bambu menjadi gubuk
Semua itu sederhana
Tidak sesulit mengarang kata menjadi lagu orkestra
Semua itu sederhana
Tidak sesulit mengasah besi menjadi pedang
Semua itu sederhana
Tidak sesulit menggali tanah menjadi ranu
Semua itu sederhana
Tidak sesulit membahagiakan para pelanggan si pelacur

Manusia memang dicipta untuk melakukan hal yang sederhana
Karena yang mengubah langit cerah menjadi mendung,
yang meletuskan gunung berapi,
yang membuat ombak menjadi tsunami,
yang memberi makan ikan-ikan dilaut,
yang memberi udara setiap makhluk,
yang memberi kenikmatan bercinta,
itu kuasa Tuhan
dan sampai kapanpun manusia tidak akan pernah membuat petir yang mengiringi hujan. 

Kamis, 13 Juli 2017

Menggandeng Tasawuf sebagai Metode Berpikir


                Pada zaman yang semakin kompleks ini kita semakin dihadapkan dengan berbagai problematika kehidupan dunia yang datang tidak terduga. Pada hakikatnya memang manusia harus belajar dari permasalahan yang mereka hadapi, semakin banyak masalah yang terselesaikan maka semakin banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapat, karena orang besar lahir dari banyaknya masalah yang dia ciptakan dan selesaikan dengan baik.
                Perjalanan penyelesaian masalah tersebut tentu tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan pikiran saja, akan tetapi dibutuhkan persatuan antara hati dan pikiran manusia yang membuat kekuatan dalam jiwa bisa menunjukkan eksistensinya dengan baik, sehingga manusia dapat mengatur psikologisnya dengan maksimal. Semua manusia pasti akan mengalami masa dimana hati berada pada jarak yang jauh dari pikirannya. Ada suatu hal yang sangat Ironis di Basel-Swiss, disana ada suatu tempat atau ruangan yang khusus memberikan izin kepada orang yang ingin mengakhiri hidupnya, lebih parahnya lagi dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan orang yang berminat bunuh diri di tempat ini, bahkan banyak turis dari luar yang rela datang ke Swiss hanya untuk mengakhiri hidupnya, dan adanya kelompok Exit yang memberikan bantuan berupa obat-obat berbahaya untuk mempercepat kematian orang.
Sebuah kisah menarik datang dari Swedia, Johny adalah salah satu orang yang mengalami masalah  tidur dalam hidupnya sehingga sudah beberapa hari terakhir dia tidak bisa tidur sama sekali, kemudian dia datang ke suatu tempat khusus berniat untuk bunuh diri karena dengan hal inilah dia baru bisa merasakan kenikmatan tidur selamanya. Ketika baru saja dia ingin membunuh dirinya, ada seorang ustadz mengejar dan berusaha menghentikan niatnya, kemudian mengajaknya untuk pergi sejenak ke masjid, sempat terjadi pemaksaan karena Johny bersikeras untuk bunuh diri, singkat cerita dengan paksaan ustadz tersebut Abdullah menurutinya kemudian berangkatlah mereka berdua ke masjid. Sesampainya di masjid ustadz tersebut mengajak Johny berdiam sejenak di masjid. Tidak lama setelah berdiam  Johny tertidur selama 2 hari di dalam masjid, kemudian terbangun dan lupa akan kejadian sebelumnya ketika ia ingin bunuh diri, drastis perubahan Johny menjadi selalu ingin berada di masjid, menetap menjadi takmir di masjid tersebut dan menjadi muslim kemudian mengganti nama menjadi Abdullah. Ketika keluarganya menemukan Abdullah maka kisah tersebut direkam oleh wartawan, kemudian kisahnya ditulis di media cetak dan dibaca oleh pemerintah setempat. Pemerintah sangat mengapresiasi apa yang dilakukan ustadz untuk menghentikan niat buruk Abdullah, kemudian pemerintah memberi kebijakan untuk menempatkan para ustadz di sekitar tempat bunuh diri tersebut dengan tujuan meminimalisir terjadinya kegiatan bunuh diri disana, Subhanallah.
                Dari kisah diatas banyak pelajaran yang dapat kita ambil, intinya ketika pikiran sudah memang tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi, disitu Allah memang harus kita sertakan dalam hati kita. Penyatuan pikiran dan hati manusia memang harus berdampingan dengan menyertakan Allah di dalamnya, hubungan dengan yang Maha Kuasa inilah yang memerlukan kita menjadikan tasawuf sebagai bantuan pikiran kita menghadapi persoalan yang kompleks dalam kehidupan duniawi kemudian kembali untuk mengingat-Nya.
Imam Ghazali berpendapat bahwa Tasawuf adalah cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ilmu Tasawuf adalah tuntunan yang dapat mengarahkan manusia untuk mengenal Allah SWT lebih jauh, dengan Tasawuf ini pula manusia dapat melangkah sesuai dengan tuntunan yang lebih baik dan benar dengan akhlak yang indah dan akidah yang kuat. Oleh karena itu setiap sufi tidak mempunyai tujuan lain kecuali memecah dinding pembatas antara dirinya dengan Allah SWT semata untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Agar menjalani tasawuf dengan sempurna, ada beberapa unsur pokok tasawuf yang harus kita fokuskan dalam mengerjakannya: (1) Metafisika, hal-hal yang berkenaan dengan luar alam dunia atau bisa dikatakan juga sebagai ilmu ghaib. Memang ada beberapa hal yang tidak dapat ditafsirkan secara tegas oleh pikiran manusia secara duniawi ketika seseorang telah mendalami tasawuf; (2) Etika, yakni ilmu untuk mengobservasi mana sesuatu yang baik dan mana sesuatu yang buruk dilihat pada amal manusia sejauh mana yang dapat ditangkap oleh pikiran; (3) Psikologi, dalam ilmu tasawuf yang menjadi objek kajian kejiwaan adalah diri sendiri; (4) Estetika, ilmu keindahan yang melahirkan seni. Untuk meresapkan seni harus ada keindahan di dalamnya, maka puncak keindahan dalam tasawuf itu sendiri adalah cinta.
Setiap manusia butuh suatu masa dimana tidak memikirkan dunia dalam kehidupannya, saat itu yang diperlukan hanyalah memikirkan betapa kotornya kita ketika bertemu dengan Allah SWT. Tanpa kita sadari dengan melakukan hal tersebut masalah dunia yang kita hadapi perlahan dapat dipastikan membaik. Karena itulah sebaik-baiknya sarana untuk keluar dari dunia dan untuk merobohkan dinding pembatas antara diri dengan sang Pencipta  adalah Tasawuf. Tasawuf akan menuntun hati dan pikiran kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan sebagai media untuk memahami betapa berharganya hidup di dunia yang sesingkat ini.

  

Selasa, 21 Maret 2017

MADRASAH DINIYAH SEBAGAI PENDIDIKAN FORMAL

I.   PENDAHULUAN

Salah satu kekhasan pendidikan di Indonesia adalah adanya lembaga pendidikan pesantren. Secara historis, pesantren telah ada dalam waktu yang relatif lama Pesantren adalah institusi pertama di Nusantara yang mengembangkan pendidikan diniyah.
Sebagai lembaga pendidikan diniyah, maka pesantren menjadi tumpuan utama dalam proses peningkatan kualitas keislaman masyarakat. Dalam kata lain, maju atau mundurnya ilmu keagamaan waktu itu sangat tergantung kepada pesantren-pesantren. Makanya pesantren menjadi garda depan dalam proses islamisasi di Nusantara. Di masa awal proses islamisasi, maka pesantrenlah yang mencetak agen penyebar Islam di Nusantara.
Perubahan pun tidak bisa ditolak. Makanya terjadi perubahan di dunia pesantren, yang dalam khazanah akademis disebut dari pesantren, madrasah ke sekolah. Pesantren memang menerapkan konsep continuity and change atau dalam dalil pesantrennya “al-muhafadzatu alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Yaitu terus melakukan perubahan dan adopsi inovasi tetapi tetap mempertahankan tradisi yang baik dan bermanfaat.
Salah satu yang terus ada di tengah dunia pesantren tersebut dan mengalami fase pengembangan adalah madrasah diniyah. Pendidikan keagamaan yang dilakukan melalui madrasah diniyah merupakan suatu tradisi khas pesantren yang terus akan dilakukan, sebab inti lembaga pesantren justru ada di sini. Ibaratnya adalah “jantung hati” pesantren. Pesantren tanpa pendidikan diniyah tentu bukan pesantren dalam hakikat pesantren. Pendidikan diniyah dalam banyak hal dilakukan oleh masyarakat, dan untuk masyarakat (Syam, 2013:32).










II.  PEMBAHASAN


Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau popular dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20 (Hasbullah, 1999:61).
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Yang termasuk ke dalam kategori madrasah ini adalah lembaga pendidikan : Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu’allimat serta Diniyah (Nasir, 2010).
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran (Nata, 2004: 50). Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran (Poerwadaminta, 1984:889). Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula (Suwito, 2005:214). Sementara Karel A. steenbrik justru membedakan antara madrasah dan sekolah-sekolah, dia beralasan bahwa antara madrasah dan sekolah mempunyai ciri yang berbeda (Hasbullah, 2001:160).
Lahirnya madrasah ini adalah lanjutan dari sistem di dunia pesantren gaya lama, yang dimodifikasikan menurut model penyelenggaraan sekolah – sekolah umum dengan sistem klasikal. Di samping memberikan pengetahuan agama, diberikan juga pengetahuan umum sebagai pelengkap. Inilah ciri madrasah pada mula berdirinya di Indonesia sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Sesuai dengan falsafah Negara Indonesia, maka dasar pendidikan madrasah adalah ajaran agama Islam, falsafah Negara Pancasila dan UUD 1945 (Nasir, 2010:90).
Lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan yang mungkin lebih disebut sebagai pendidikan non formal, yang menjadi lembaga pendidikan pendukung dan menjadi pendidikan alternatif (Amin, 2004:14). Biasanya jam pelajaran mengambil waktu sore hari, mulai bakda ashar hingga maghrib, atau memulai bakda isya’ hingga sekitar jam sembilan malam. Lembaga pendidikan Islam ini tidak terlalu perhatian pada hal yang bersifat formal, tetapi lebih mengedepankan pada isi atau substansi pendidikan.
Madrasah Diniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu – ilmu agama (diniyah). Madrasah ini dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di sekolah umum (Nasir, 2010:95). Sejarah mencatat awal mulanya pada tahun 1910 didirikan Madrasah School (Sekolah Agama) yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyah School (Madrasah Diniyah). Nama madrasah Diniyah inilah yang kemudian berkembang dan terkenal.
Madrasah pada abad ke-5H atau abad ke-10M atau ke-11M ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau pemikirannya. Pembagian bidang ilmu pengetahuan tersebut bukan saja meliputi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan hadis, seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, fiqh, ilmu kalam, maupun ilmu tasawwuf tetapi juga bidang-bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan berbagai bidang ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan (Hasbullah, 2001:161).
Madrasah Diniyah lahir dari ketidak puasan sebagian tokoh terhadap sistem pendidikan Pesantren, sehingga mereka mencoba untuk membuat lembaga pendidikan yang sedikit lain dengan Pesantren. Melalui organisai-organisasi sosial kemasyarakatan mereka mulai mendirikan lembaga pendidikan misalnya organisasi Muhammadiyah, Persatuan Muslim Indonesia (Permi), Diniyah, Thawalib, Pendidikan Islam Indonesia (PII), dan sejumlah sekolah-sekolah yang tidak berafiliasi kepada organisasi apapun (Raharjo, 1985).
Setelah itu Madrasah Diniyah berkembang hampir di seluruh kepulauan nusantara, baik merupakan bagian dari pesantren maupun surau, ataupun berdiri di luarnya. Pada tahun 1918 di Yogyakarta berdiri Madrasah Muhammadiyah (kweekschool Muhammadiyah) yang kemudian menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah, sebagai realisasi dari cita – cita pembaharuan pendidikan Islam yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan (Hasbullah, 2001:69).
Di kemudian hari lembaga-lembaga pendidikan keagamaan itulah yang menjadi cikal bakal dari madrasah-madrasah formal yang berada pada jalur sekolah sekarang. Kementerian Agama mengakui bahwa setelah Indonesia merdeka sebagian besar sekolah agama berpola madrasah diniyahlah yang berkembang menjadi madrasah-madrasah formal (Asrohah 1999:193). Dengan perubahan tersebut berubah pula status kelembagaannya, dari jalur “luar sekolah” yang dikelola penuh oleh masyarakat menjadi “sekolah” di bawah pembinaan Departemen Agama.
Meskipun demikian tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai pendidikan keagamaan luar sekolah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu pada Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-madrasah diniyah tipe baru, sebagai pendidikan tambahan berjenjang bagi murid-murid sekolah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat pendidikan sekolah umum.
Pendidikan diniyah adalah model atau sistem pembelajaran yang tumbuh dan berkembang berbasis nilai, karakter, dan budaya. Diantara keutamaannya adalah transformasi ilmu pengetahuan yang bersifat substansif dan egalitarian. Sistem pendidikan di pondok pesantren terbukti telah melahirkan format keilmuan yang multi dimensi yaitu ilmu pengetahuan agama, membangun kesadaran sosial dan karakter manusia sebagai hamba Allah.
Madrasah ini terbagi Kepada tiga jenjang pendidikan :
1)      Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)
MDA adalah Madrasah Diniyah Awaliyah setingkat SD/MI untuk siswa – siswa Sekolah Dasar (4 tahun). Lembaga Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah pada umumnya merupakan pendidikan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik / santri yang berusia dini untuk dapat mengembangkan kehidupannya sebagai muslim yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang berkepribadian, sehat jasmani dan rohaninya dalam menata kehidupan masa depan. Jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.
2)      Madrasah Diniyah Wustho untuk siswa – siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Yaitu satuan pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarkan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan yang diperoleh pada madrasah diniyah awaliyah  dengan masa belajar 3 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.
3)      Madrasah Diniyah ‘Ulya untuk siswa – siswi Sekolah Lanjutan Atas
Yaitu satuan pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarkan pendidikan agama Islam tingkat menengah atas  sebagai pengembangan yang diperoleh pada madrasah diniyah wustha  dengan masa belajar 2 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.

Ciri – ciri Madrasah Diniyah adalah :
1)        Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.
2)     Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.
3)        Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.
4)        Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.
5)        Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak harus sama.
6)        Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam - macam.
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah no 73 Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari system pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama.
Oleh karena itu, Menteri Agama dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah, sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki keleluasaan untuk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan madrasah.
Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniah Awaliyah berlangsung 4 tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang berasal dari sekolah Dasar dan SMP serta SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah bertujuan :
1. Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya.
2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah
Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga Negara”.
Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan seperti (Saha, 2005:4):
1. Al-Qur’an Hadits
2. Aqidah Akhlak
3. Fiqih
4. Sejarah Kebudayaan Islam
5. Bahasa Arab
6. Praktek Ibadah.
Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina santri untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman santri dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif, dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.
Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat Kantor Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah, keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyah.
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah. Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam.
Secara operasional ketentuan madrasah diniyah diatur dalam Keputusan Menteri Agama No.1 Tahun 2001 setelah lahirnya Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok pesantren yang khusus melayani pondok pesantren dan madrasah diniyah. Keberadaan madrasah diniyah dipertegas lagi dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan terutama pasal 21 ayat 1 hingga 3 menyebutkan bahwa :
1)     Pendidikan Diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majelis taklim, Pendidikan Al Qur’an, Diniyah Taklimiyah atau bentuk yang sejenis
2)     Pendidikan Diniyah nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk satuan pendidikan
3)      Pendidikan diniyah nonformal yang berkembang menjadi satuan pendidikan wajib mendapatkan izizn dari kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota setelah memenuhi ketentuan tentang persyaratan pendirian satuan pendidikan.

a.       Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama Islam yang meliputi : Al Qur’an Hadist, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.
b.      Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam bagi yang memerlukan
c.       Membina hubungan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat antara lain :
·         Membantu membangun dasar yang kuat bagi pembangunan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya.
·          Membantu mencetak warga Indonesia takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai orang lain.
d.      Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman agama Islam
e.      Melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta perpustakaan
Dengan demikian, madrasah Diniyah disamping berfungsi sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlak al karimah ( akhlak mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama Islam di sekolah – sekolah umum.
a.       Tujuan umum
1)      Memiliki sikap sebagai muslim dan berakhlak mulia
2)      Memiliki sikap sebagai warga Negara Indonesia yang baik
3)      Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani
4)      Memiliki pengetahuan pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiannya.
b.      Tujuan khusus
1)      Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang pengetahuan :
·         Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam
·         Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.
2)      Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang pengamalan :
·         Dapat mengamalkan ajaran agama Islam
·         Dapat belajar dengan cara yang baik
·         Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan – kegiatan masyarakat
·         Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat membaca kitab berbahasa Arab
·         Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip – prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai berdasarkan ajaran agama Islam
3)      Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang nilai dan sikap :
·         Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan
·         Disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku
·         Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lainnya yang tidak bertentangan dengan agama Islam
·         Cinta terhadap agama Islam dan keinginan untuk melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, serta berkeinginan untuk menyebarluaskan.

Peran vital Madrasah Diniyah bagi masyrakat haruslah tetap dijaga sampai kapanpun, hal tersebut dapat diperoleh jika model pendidikannya dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu solusinya adalah dengan mengintergasikan Madrasah Diniyah ini kedalam lembaga pendidikan pesantren atau lembaga pendidikan formal seperti MIN, MTs, dan MA.
Ada banyak langkah yang bisa ditempuh untuk mewujudkan model pendidikan Madrasah Diniyah yang ideal antara lain:
1)      Integralisasi pendidikan Madrasah Diniyah dengan sistem pendidikan formal pondok pesantren
2)     Penerapan manageman pendidikan secara baik dan benar
3)     Sistem pembelajaran dilaksanakan harus dengan mengacu pada kurikulum.
4)      Melengkapi Madrasah Diniyah dengan media pendidikan yang sesuai (Amin, 2004:102).

Sebagaimana terdapat dalam PP. No. 55 tahun 2007 pasal 15, bahwa madrasah diniyah atau Pendidikan diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Dalam pasal selanjutnya pasal 16 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) dijelaskan bahwa pendidikan diniyah dasar menyelenggarakan pendidikan dasar sederajat MI/SD yang terdiri atas 6 (enam) tingkat dan pendidikan diniyah menengah pertama sederajat MTs/SMP yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Sedangkan untuk pendidikan diniyah tingkat menengah menyelenggarakan pendidikan diniyah menengah atas sederajat MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
Mengenai syarat-syarat menjadi peserta didik atau siswa dalam madrasah diniyah, telah di atur dalam PP. No. 55 tahun 2007 pasal ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dan ( 4 ) bahwa untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah dasar, seseorang harus berusia sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun.akan tetapi dalam hal daya tampung satuan pendidikan masih tersedia maka seseorang yang berusia 6 (enam) tahun dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah dasar. Kemudian untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah menengah pertama, seseorang harus berijazah pendidikan diniyah dasar atau yang sederajat. Dan untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah menengah atas, seseorang harus berijazah pendidikan diniyah menengah pertama atau yang sederajat.
Mengenai kurikulum madrasah diniyah sendiri, dalam  PP No. 55 tahun 2007 pasal 18 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) dijelaskan bahwa madrasah diniyah dasar atau pendidikan diniyah dasar formal harus wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan ( PKn ), bahasa Indonesia ( BI ), matematika, dan ilmu pengetahuan alam ( IPA ) dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar. Sedangkan Kurikulum pendidikan diniyah untuk tingkat menengah formal harus wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan ( PKn ), bahasa Indonesia ( BI ), matematika, ilmu pengetahuan alam ( IPA ), serta seni dan budaya ( SB ).
Sebagaimana lembaga pendidikan formal pada umumnya, dalam madrasah diniyah atau pendidikan diniyah di akhir pendidikan juga dilakukan sebuah ujian yang bersifat nasional atau ujian yang dilakukan seluruh indonesia. Ujian nasional pendidikan diniyah dasar dan menengah diselenggarakan untuk menentukan standar pencapaian kompetensi peserta didik atas ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran Islam. Mengenai ketentuan lebih lanjut tentang ujian nasional pendidikan diniyah dan standar kompetensinya ditetapkan dengan peraturan Menteri Agama dengan berpedoman kepada Standar Nasional Pendidikan.
Pada PP. No. 55 tahun 2007 pasal 20 ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dan ( 4 ) juga dijelaskan bahwa pendidikan diniyah pada jenjang pendidikan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, vokasi, dan profesi berbentuk universitas, institut, atau sekolah tinggi.
Kemudian Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan untuk setiap program studi pada perguruan tinggi keagamaan Islam selain menekankan pembelajaran ilmu agama, wajib memasukkan pendidikan kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Mata kuliah dalam kurikulum program studi memiliki beban belajar yang dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Pendidikan diniyah jenjang pendidikan tinggi diselenggarakan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
III.             KESIMPULAN

            Perjalanan sejarah madrasah diniyah yang pada awalnya mengkhususkan dirinya pada mata pelajaran agamanya saja dalam dunia pendidikan telah berkembang dan memberikan peranannya dalam pendidikan formal. Penyesuaian madrasah tersebut tetap mempertahankan nilai-nilai agama dan ciri yang diunggulkan daripada madrasah diniyah itu sendiri, walaupun terdapat penambahan mata pelajaran umum, tetapi tidak mengurangi substansi khusus dari madrasah diniyah dalam memberikan pelajaran agama yang menjadi keunggulannya.



DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Ciyarti, Peran Madrasah Diniyah Nurul Anam dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Desa Kranji Kecamatan Kedungwuni Pekalongan,, Semarang : IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985).
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)
Headri Amin, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah diniyah, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004).
M. Ishom Saha, Dinamika Madrasah Diniyah di Indonesia :Menelusuri Akar Sejarah Pendidikan Nonformal (Jakarta: Pustaka Mutiara, 2005)
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Suwito, sejarah sosial pendidikan islam, Kencana, Jakarta 2005
Andi Saputra kru, http://andisaputrakrui.blogspot.com/2011/01/analisis-pp-no-55-tahun-2007.html di akses pada 25 Desember 2012 pukul 16.14
Peraturan daerah kabupaten pesisir selatan nomor: 08 tahun 2004 tentang kewajiban pandai baca dan tulis al-quran dan mendirikan shalat bagi anak sekolah dan calon pengantin yang beragama islam, Bab I, ketentuan Umum, Pasal (1) huruf (s).
Rahmat Sangit, Pemahaman dan Permasalahan Madrasah Diniyah,http://sangit26.blogspot.com pada 5 Januari 2013, 01:16
http://aliyahcijulang.wordpress.com/2010/04/08/makalah-diniyah/
Pendidikan dan Peraturan pemerintah no 73 tahun 1991 pasal 3, Pasal 22 ayat 3
Mal An Abdullah dkk, Laporan Penelitian, Studi Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Diniyah