Kamis, 14 Desember 2017

Salim si Bocah Palestin

Salim si bocah yang kencingnya masih belum lurus
sudah mulai belajar melempar-lempar batu dan mengangkat senjata
karena sekolah tempat selama ini ia belajar matematika dan Ilmu alam sudah runtuh
hampir rata dengan tanah

situasi mencekam sudah biasa ia lewati
petir-petir langit yang diiringi ledakan bom
bunyi pistol,  tembakan tank dan suara bising pesawat tempur
senantiasa mengisi hiburannya setiap hari

hidupnya mungkin tak seperti anak di negara lain
tentram, sejahtera, dan aman berkumpul bersama sanak saudara
bermain bersama teman-teman sebaya
mendengarkan dongeng guru, belajar di sekolah dan
mengaji al-Qur'an di langgar

bagaimana bisa sekarang dia merasakan seperti itu
keluarganya selalu dihantui rasa ketakutan
karena sewaktu-waktu tentara-tentara bajingan Israel itu bisa menyerang
teman-temannya sibuk untuk berlindung diri, tak ada waktu bermain leluasa
sekolahnya pun kebetulan hancur dibom
masjid-masjid sekitar rumahnya di kelilingi tentara Israel

satu waktu Salim pernah hampir tidak bernyawa
salah satu tembakan tank menghancurkan tempat tinggalnya
untung beberapa pemuda kampung cepat mengambilnya dari tumpukan batako rumahnya yang hancur
ajaib Salim masih hidup
ia keluar dengan tangisan menjerit
wajahnya mengalir darah
seluruh badanya terlihat lesu tak berdaya
kulitnya berlapis debu-debu tebal akibat reruntuhan tembok
rambutnya acak-acakan
kaki tanganya lebam
kepalanya bocor kejatuhan reruntuhan bangunan
mengenaskan....
entah kemana keluarganya saat itu, mungkin sibuk sendiri untuk berlindung dari tentara lain

tak lama kemudian sang Ibu datang memeluk dan menggendong Salim
Salim si bocah sudah mengalami peristiwa itu
...

Kota idamannya sekarang sudah di ambil negara orang
kehidupannya semakin berantakan
masa depannya cenderung suram
bendera agamanya telah di injak-injak

mungkin di negara Salim tidak mengenal menyerah
mundur menjadikannya hina
hidup untuk jihad atau mati dalam kesyahidan
sayang semangat itu mungkin bisa terkalahkan
dengan kebijakan antek-antek penguasa bajingan

hidupnya menjadi sejarah
matinya dikenang
do'a kami mengiringimu...







Rabu, 13 Desember 2017

Sekedar

wahai pagi ini lihatlah..
Bagaimana burung elang itu terus mengepakkan sayapnya ke atas sana..
apakah ada kiranya ia ingin menyelam ke dasar lautan..
dan menyantap ikan-ikan di dalamnya..

wahai siang ini lihatlah..
Bagaimana kelompok kijang-kijang itu menggerogoti dedauanan..
apakah kiranya ada kekuatan untuknya berburu sapi..
menikmati daging dan tulang-belulangnya..

wahai malam ini lihatlah..
Bagaimana kelompok kelelawar itu berburu pada hari yang begini gelap..
apakah kiranya ada hasrat untuknya ingin keluar menari-nari
dan berterbangan dibawa matahari di siang bolong
kemudian menikmati santapan untuk sekedar mengisi perutnya..

sadarku menegurku..
disaat langit ini tidak lagi bercengkrama denganku..
disaat cakrawala terlihat mulai memburam dan memudar dimataku..
disaat nyawa-nyawa makhluk-Nya mulai saling bercinta satu sama lain dihadapanku..
disaat planet-planet mengalunkan lagu-lagu untuk dirinya sendiri tanpa menghiraukanku..
disaat bencana-bencana menemani negeriku..
disaat pembicaraan dari mulut orang-orang itu mulai berteriak dan terasa bising ditelingaku..

semua sadar mengingatkanku
akan dunia ini yang tak semau diriku
akan jiwa ini yang tak semau hasratku
akan otak ini yang tak semau pikiranku
akan raga ini yang tak semau kekuatanku
akan keringat ini yang tak semau porsirku

kita akan terlihat begitu lemah..
sangat lemah..

memang kita tercipta hanya untuk ber-ingin..
memang manusia terlahir hanya untuk ber-hasrat..
memang hati terbuat hanya untuk berandai-andai...

kuasa apa kita bisa mengatur kondisi hari..
kuasa apa kita bisa menentukkan hasil..
kuasa apa kita untuk mengobati luka hati..
kuasa apa kita untuk merubah ucap kata..
kuasa apa kita untuk mengukur lembah duka..

semua yang tercipta begitu lemah..
Tuhan memang mencipta makhluk sewajarnya saja..
tak ada kekuatan baginya..
selamat kembali kepada-Nyalah tujuan dari sadarku..