Kamis, 13 Juli 2017

Menggandeng Tasawuf sebagai Metode Berpikir


                Pada zaman yang semakin kompleks ini kita semakin dihadapkan dengan berbagai problematika kehidupan dunia yang datang tidak terduga. Pada hakikatnya memang manusia harus belajar dari permasalahan yang mereka hadapi, semakin banyak masalah yang terselesaikan maka semakin banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapat, karena orang besar lahir dari banyaknya masalah yang dia ciptakan dan selesaikan dengan baik.
                Perjalanan penyelesaian masalah tersebut tentu tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan pikiran saja, akan tetapi dibutuhkan persatuan antara hati dan pikiran manusia yang membuat kekuatan dalam jiwa bisa menunjukkan eksistensinya dengan baik, sehingga manusia dapat mengatur psikologisnya dengan maksimal. Semua manusia pasti akan mengalami masa dimana hati berada pada jarak yang jauh dari pikirannya. Ada suatu hal yang sangat Ironis di Basel-Swiss, disana ada suatu tempat atau ruangan yang khusus memberikan izin kepada orang yang ingin mengakhiri hidupnya, lebih parahnya lagi dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan orang yang berminat bunuh diri di tempat ini, bahkan banyak turis dari luar yang rela datang ke Swiss hanya untuk mengakhiri hidupnya, dan adanya kelompok Exit yang memberikan bantuan berupa obat-obat berbahaya untuk mempercepat kematian orang.
Sebuah kisah menarik datang dari Swedia, Johny adalah salah satu orang yang mengalami masalah  tidur dalam hidupnya sehingga sudah beberapa hari terakhir dia tidak bisa tidur sama sekali, kemudian dia datang ke suatu tempat khusus berniat untuk bunuh diri karena dengan hal inilah dia baru bisa merasakan kenikmatan tidur selamanya. Ketika baru saja dia ingin membunuh dirinya, ada seorang ustadz mengejar dan berusaha menghentikan niatnya, kemudian mengajaknya untuk pergi sejenak ke masjid, sempat terjadi pemaksaan karena Johny bersikeras untuk bunuh diri, singkat cerita dengan paksaan ustadz tersebut Abdullah menurutinya kemudian berangkatlah mereka berdua ke masjid. Sesampainya di masjid ustadz tersebut mengajak Johny berdiam sejenak di masjid. Tidak lama setelah berdiam  Johny tertidur selama 2 hari di dalam masjid, kemudian terbangun dan lupa akan kejadian sebelumnya ketika ia ingin bunuh diri, drastis perubahan Johny menjadi selalu ingin berada di masjid, menetap menjadi takmir di masjid tersebut dan menjadi muslim kemudian mengganti nama menjadi Abdullah. Ketika keluarganya menemukan Abdullah maka kisah tersebut direkam oleh wartawan, kemudian kisahnya ditulis di media cetak dan dibaca oleh pemerintah setempat. Pemerintah sangat mengapresiasi apa yang dilakukan ustadz untuk menghentikan niat buruk Abdullah, kemudian pemerintah memberi kebijakan untuk menempatkan para ustadz di sekitar tempat bunuh diri tersebut dengan tujuan meminimalisir terjadinya kegiatan bunuh diri disana, Subhanallah.
                Dari kisah diatas banyak pelajaran yang dapat kita ambil, intinya ketika pikiran sudah memang tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi, disitu Allah memang harus kita sertakan dalam hati kita. Penyatuan pikiran dan hati manusia memang harus berdampingan dengan menyertakan Allah di dalamnya, hubungan dengan yang Maha Kuasa inilah yang memerlukan kita menjadikan tasawuf sebagai bantuan pikiran kita menghadapi persoalan yang kompleks dalam kehidupan duniawi kemudian kembali untuk mengingat-Nya.
Imam Ghazali berpendapat bahwa Tasawuf adalah cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ilmu Tasawuf adalah tuntunan yang dapat mengarahkan manusia untuk mengenal Allah SWT lebih jauh, dengan Tasawuf ini pula manusia dapat melangkah sesuai dengan tuntunan yang lebih baik dan benar dengan akhlak yang indah dan akidah yang kuat. Oleh karena itu setiap sufi tidak mempunyai tujuan lain kecuali memecah dinding pembatas antara dirinya dengan Allah SWT semata untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Agar menjalani tasawuf dengan sempurna, ada beberapa unsur pokok tasawuf yang harus kita fokuskan dalam mengerjakannya: (1) Metafisika, hal-hal yang berkenaan dengan luar alam dunia atau bisa dikatakan juga sebagai ilmu ghaib. Memang ada beberapa hal yang tidak dapat ditafsirkan secara tegas oleh pikiran manusia secara duniawi ketika seseorang telah mendalami tasawuf; (2) Etika, yakni ilmu untuk mengobservasi mana sesuatu yang baik dan mana sesuatu yang buruk dilihat pada amal manusia sejauh mana yang dapat ditangkap oleh pikiran; (3) Psikologi, dalam ilmu tasawuf yang menjadi objek kajian kejiwaan adalah diri sendiri; (4) Estetika, ilmu keindahan yang melahirkan seni. Untuk meresapkan seni harus ada keindahan di dalamnya, maka puncak keindahan dalam tasawuf itu sendiri adalah cinta.
Setiap manusia butuh suatu masa dimana tidak memikirkan dunia dalam kehidupannya, saat itu yang diperlukan hanyalah memikirkan betapa kotornya kita ketika bertemu dengan Allah SWT. Tanpa kita sadari dengan melakukan hal tersebut masalah dunia yang kita hadapi perlahan dapat dipastikan membaik. Karena itulah sebaik-baiknya sarana untuk keluar dari dunia dan untuk merobohkan dinding pembatas antara diri dengan sang Pencipta  adalah Tasawuf. Tasawuf akan menuntun hati dan pikiran kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan sebagai media untuk memahami betapa berharganya hidup di dunia yang sesingkat ini.