Nusantara lahir atas
keringat nenek moyang yang berjuang untuk mempersatukan beribu-ribu pulau yang
setiap manusianya memiliki suku, adat, tradisi, dan agama yang beranekaragam.
Di dalamnya memiliki keunikan sejarah masing-masing, yang telah membuat apa
yang dinamakan nusantara begitu kaya. Fenomena sumber kekayaan alam telah membuktikan
eksistensi dari setiap daerahnya yang memiliki keistimewaan masing-masing. Sumpah
palapa yang dilakukan Gajah Mada adalah bukti sejarah upaya kerja keras nenek
moyang untuk mempersatukan kekayaan keanekaragaman yang dimiliki nusantara.
Para ulama Islam terdahulu telah menjadikan nusantara
yang sebelumnya mayoritas masyarakatnya memeluk agama Hindu-Budha menjadi mayoritas
muslim bukanlah usaha semudah membalik telapak tangan, mereka melakukan dakwah
dengan menebarkan nuansa damai, lembut dan kasih sayang. Perjalanan masuknya
agama Islam ke nusantara yang ketika itu lewat berdagang dan sebagainya
seharusnya menjadi pertimbangan atas perlakukan kekerasan yang dilakukan
sebagian kelompok Islam saat ini.
Mereka bisa menerima keanekaragaman yang dimiliki
nusantara dengan memberikan nilai Islam di dalamnya, sehingga komunikasi yang
terjadi bukanlah paksaan untuk menghilangkan keanekaragaman ini dan harus
mengikuti semua yang ada dalam ajaran Islam tetapi yang terjadi adalah
komunikasi penyampaian ajaran agama Islam dengan memanfaatkan dan menonjolkan
keanekaragaman tersebut. Sebagai contoh wayang yang telah menjadi tradisi hiburan
masyarakat di Jawa tidak dihilangkan oleh Sunan Kalijaga, bahkan beliau
menggunakan media wayang ini untuk melakukan dakwahnya kepada masyarakat di
Jawa.
Munculnya berbagai perbedaan pemikiran dalam agama Islam
sendiri telah menjadi fenomena sekarang ini, bahkan ironisnya banyak orang
non-muslim yang menyatakan bahwa Islam adalah agama teroris. Di Indonesia
sendiri telah banyak terjadi kegiatan teror bermotif jihad, beberapa peristiwa pengeboman yang terjadi di
Plaza Sarinah Jakarta, dan beberapa
vihara dan gereja di Kalimantan yang dilakukan oleh para kelompok Islam radikal.
Beberapa peristiwa ini adalah bukti bagaimana penyikapan pemikiran yang lemah
oleh umat Islam atas pengaruh penyebaran pemikiran radikal yang beredar.
Mudahnya
mengkafirkan orang yang dilakukan sebagian kelompok di Indonesia sekarang ini
telah menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia seolah-olah menjadi
penindas agama Islam, dan sebaliknya agama Islampun seolah-olah telah menjadi
pemberontak kepada negara itu sendiri. Seharusnya kalimat kafir itu sendiri
tidak keluar dari mulut orang sesama pemeluk agama, apakah mereka semua berpikir
surga hanya untuk mereka sendiri yang telah mengkafirkan orang dan menganggap
dirinya benar. Tidak heran bahwa pelaku-pelaku kekerasan sesungguhnya atas pemahaman
yang keliru, dimana seharusnya penafsiran dari kalimat ufsus salam (tebarkan kedamaian) yang menjadi pedoman umat Islam
hanya dilihat dari perspektif yang begitu dangkal, akhirnya yang terjadi adalah
pandangan bahwa keimanan seseorang bergantung pada berapa banyak kerusakan/pemberontakan
yang diperbuat, hal inilah yang menjadi dasar pemikiran atas perilaku kekerasan
yang terjadi beberapa waktu terakhir, semua ini jelas bertolak belakang dengan
nilai ajaran Islam itu sendiri
Pembiayaan
asing yang dilakukan atas pembentukkan kelompok pemberontak ini hakikatnya
adalah sejarah perjuangan kelahiran negara bagi mereka. Padahal NKRI telah
memiliki dua organisasi Islam besar yang sejarah berdirinya atas biaya, perjuangan,
dan keringat bangsa kita sendiri yaitu Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dua pemahaman
yang dilahirkan oleh kedua organisasi Islam tersebut semestinya telah menjadi
bahan pedoman bagi seluruh umat Islam di Indonesia dan menjadi pemahaman untuk
menentukan komitmen beragama. Jadi tidak perlu susah payah untuk mencari
sandaran berorganisasi bagi umat Islam Indonesia, toh para ulama kita terdahulu
telah membuatkan dasar-dasar pemikiran beragama, sekarang tinggal bagaimana
cara kita mengembangkan pedoman tersebut.
Islam nusantara yang lahir atas jargon hubbul wathon minal iman yang
dikemukakan oleh hadrotus syekh Hasyim Ays’ari telah menawarkan bagaimana cara
mempersatukan keanekaragaman yang dimiliki nusantara dengan tidak meninggalkan
nilai Islam di dalamnya, sekaligus cara bagaimana memiliki pendirian atas
pengaruh dari pemikiran-pemikiran Islam radikal yang sudah leluasa melebarkan
sayapnya dan melakukan kekerasan di Indonesia. Langkah menyikapi perbedaan
harus dikaji dengan matang, dasar hukum pancasila bukanlah tulisan yang sekedar
harus dihafal ketika upacara, tetapi juga harus dipahami dan diterapkan. Karena atas
dasar inilah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersatu. Pembangunan paradigma
Islam atas dasar yang kuat harus segera disebarkan kepada penerus-penerus
bangsa, pengetahuan sejarah nusantara harus tetap ditanamkan kepada anak bangsa
sejak dini, sehingga Indonesia memiliki muslim yang tangguh, yang cinta kepada
Allah SWT dan nabi Muhammad SAW, sekaligus cinta kesatuan dan persatuan
Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar