Selasa, 17 Mei 2016

Linguistik Aliran Strukturalisme Amerika


Abstrak
            Linguistik struktural berkembang sebagai akibat ketidakpuasan para peneliti bahasa terhadap aliran tradisional. Untuk memahami bahasa secara utuh, harus dikaji strukturnya (bagian internal bahasa). Jadi bahasa didudukan sebagai bahasa, tanpa ditambahi beban apapun. Sejak tahun 1930-an sampai tahun 1950-an, kajian linguistik didominasi aliran strukturalisme Amerika, terutama dikembangkan oleh linguis Amerika ketiga tokoh tersebut ialah Franz Boas, Erdward Sapir, dan Leonard Bloomfield.
            Franz Boas berpendapat, diantara aspek-aspek kebudayaan yang dapat dipelajari dengan baik, bahasa merupakan sarana yang tepat untuk mempelajari kebudayaan itu dengan jelas. Bahasa hanyalah merupakan tuturan artikulasi, yakni komunikasi dengan menggunakan kelompok-kelompok bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat artikulasi. Buah pemikirannya tentang linguistik strukturalisme mengenai : 1) kategori gramatikal, 2) pronomina kata ganti, 3) verb (kata kerja).
            Erward Sapir membuat batasan akan bahasa itu adalah suatu metode yang semata-mata digunakan oleh manusia dan tidak bersifat naluri yang digunakan mengkomunikasikan ide, perasaan, dan keinginan dengan menggunakan sistem lambang secara sukarela (Samsuri, 1988:54). Sumbangsi pemikirannya antara lain mengenai : 1) unsur-unsur tuturan, 2) bunyi bahasa, 3) bentuk bahasa, 4) bahasa-ras dan kebudayaan.
            Pemikiran Leonard Bloomfield juga tidak kalah dari kedua ilmuan diatas, ia membagi bentuk grammar  ke dalam 3 kelas yaitu sentence type (tipe kalimat), construction (konstruksi), subtitution (subtitusi).
            Ciri/ karakterisitik teori kebahasaan struktural mempunyai asumsi dan hipotesis tentang bahasa berdasarkan pada hasil pemakaian yang otonom tentang bahasa (tidak ada campur tangan filsafat dan logika). Asumsi dan hipotesis tentang bahasa diuji atau diverifikasi dengan data bahasa, baik yang berbentuk lisan maupun tulisan.
Kata Kunci : Linguistik dan Strukturalisme


I. Pendahuluan
            Dalam ilmu Linguistik terdapat beberapa aliran. Aliran yang dianut dan menjadi dasar bagi cara pengkajian dan analisis unsur pokok Ilmu linguistik yaitu bahasa. Antara satu aliran dengan aliran yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, terutama bagaimana cara pandang aliran tersebut terhadap bahasa.
Antara satu aliran dan aliran yang lainnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Aliran Praha tidak bisa dipisahkan dengan aliran strukturalis Amerika, dan ada saatnya aliran Tata Bahasa Transformasi tidak dapat dipisahakan juga dari studi aliran linguistik diakronik. Sebagai contoh pada Linguistik Tradisional khususnya pada saat Linguistik Modern digagas.
Fenomena adanya keheterogenan aliran dalam ilmu linguistik itu, maka perlu adanya telaah khusus pada masing-masing  aliran. Agar terpenuhinya pemahaman akan masing-masing aliran secara mendalam.
Sejak tahun 1930-an sampai tahun 1950-an, kajian linguistik di dominasi oleh aliran strukturalisme, terutama yang dikembangkan oleh linguis Amerika, seperti Leonard Bloomfield (1887-1950). Tokoh lain yang juga mengembangkan aliran strukturalisme adalah Edward Sapir (1884-1939) dan Franz Boas (1858-1942). Oleh karena itu, aliran strukturalisme ini disebut juga “aliran strukturalisme Amerika” (Busri dan Badrih, 2015:10).
Pada makalah tersebut penulis mencoba menjelaskan sekilas tentang cara pandang akan linguistik strukturalisme Amerika berikut disertai dengan tokoh-tokoh yang menyumbang pemikiran dan penelitiannya yang mendukung aliran strukturalisme Amerika tersebut.

II. Pembahasan
            Salah satu aliran dalam ilmu linguistik adalah Aliran Strukturalisme Amerika. Sebuah aliran yang memiliki kekhususan analisis bahasa dan cara kerjanya. Kekhususan itu terlihat dari cara kerjanya yang fokus pada struktur bahasa. Struktur itu terdiri dari fon, fonem, morfem,kata, kalimat, dan wacana. Namun tingkatan bahasa tersebut dianalisis sendiri-sendiri. Jadi antar sturktur bahasa dianggap terpisah.
Pada dasarnya, aliran strukturalisme Amerika adalah aliran yang bermula pada permulaan abad XX. Aliran itu terdapat di kontinen Eropa dan benua Amerika sebelah Utara. Jika di Eropa dikenal Ferdinand De Saussure, Boudouin de Courtenay, Hjemself, Henry Sweet, O Jepersen danlain- lain. Di benua Amerika sebelah utara ada Franz Boaz, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield. Menyusul generasi berikutnya yang disebut dengan kaum Pasca Bloomfield. Amerika Fonologi dijadikan dasar bagi penelitian-penelitiannya.
Selanjutnya akan dibahas lebih rinci tentang tokoh-tokoh yang memiliki pemikiran dan penelitiannya yang mendukung akan aliran strukturalisme Amerika dan bagaimana cara pandang teori tersebut.

2.1 Tokoh-tokoh Linguis Aliran Strukturalisme Amerika
            Dalam Linguistik Struktralisme di Amerika mempunyai tiga tokoh yang sangat berperan dalam pengkajian bahasa di benua tersebut. Ketiga tokoh tersebut ialah Franz Boaz, Edward Sapir dan Leonard Bloomfield.

1. Franz Boaz
Franz Boaz memulai karir akademinya sebagai seorang mahasiswa ilmu fisika dan geografi, dan lewat disiplin ilmunya yang kedua itulah yang membawanya ke ilmu berikutnya yaitu antropologi. Selanjutnya melalui ilmu antropologi yang ditekuninya ia mulai berkenalan dengan penyelidikan-penyelidikan bahasa. Menurutnya di antara aspek-aspek kebudayaan yang dapat di pelajari dengan baik, bahasa merupakan sarana yang tepat untuk mempelajari kebudayaan itu dengan jelas. Sesudah mengajar beberapa lamanya di Berlin, pada tahun 1880 ia pun pindah ke Amerika. Disanalah ia mengkhususkan penelitiannya pada bahasa-bahasa Indian di Amerika Utara dan sekaligus mendirikan sebuah sekolah penelitian linguistik yang besar. Hasil penelitiannya yang diterbitkan dalam judul Handbook of American Indian Languanges dalam bukunya ia mengutarakan uraiannya dalam penyelidikan bahasa yang merupakan ancangan deskriptif dalam penyelidikan bahasa.
Dia adalah seorang linguistik yang otodidak (selftaught linguist) dan banyak memberikan andil terhadap penelitian-penelitian bahasa, khususnya bahas India-Amerika. Di antara hasil penelitiannya, dia menghilangkan anggapan bahwa sifat dasar bahasa itu asalnya dari bahasa Eropa. Dia mengatakan bahwa bahasa manusia itu berubah-ubah dan antara satu dan lainnya berbeda-beda.
Dalam membicarakan masalah fonetik, Boaz mengikuti pendekatan yang digunakan de Saussure, yaitu pendekatan yang berhubungan dengan sifat-sifat dasar sistematik bunyi bahasa. Bagi Boaz bahasa hanyalah merupakan tuturan artikulasi, yakni komunikasi dengan menggunakan kelompok-kelompok bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pikirannya tentang struktur bahasa menyangkut:
(1) kategori gramtikal: unit dasar bahasa (termasuk makna) adalah kalimat bukan kata, contoh kata ”air”, kata itu dapat bermakna air di sumur, atau air minum di gelas, ataukah air sungai. Singkatnya, sebuah kata akan menimbulkan pengertian yang bermacam – macam selama kata itu tidak diletakkan dalam konteks kalimat.
(2) pronomina atau kata ganti: klasifikasi kata ganti itu menurut Boaz tidak tetap. Artinya ketiga macam kata ganti orang, pertama, kedua, dan ketiga, didasarkan pada konsep diri sendiri dan non diri sendiri. Kata ganti non diri sendiri dibagi lagi menurut kebutuhan tuturan, yaitu orang yang di ajak bicara dan orang yang dibicarakan.
(3) Verba (kata kerja): kategori verba khususnya dalam bahasa Eropa seperti person (orang), number (Jumlah), tense (kala), mood, dan voice, bersifat semena-mena dan berkembang tidak merata pada berbagai usaha. Kalimat seperti: ”The man is sick”, tidak eksplisit dan tidak berkecil – kecil. Tetapi kalau dilihat pada bahasa lain, dapat lebih eksplisit dan berkecil – kecil karena kalimat itu biasa berarti ”The singgle definite man is sick at the present time” (seseorang yang tertentu sakit sekarang). Kalau dalam bahasa eskimo, kalimat diatas hanya akan berbunyi ”Singgle man sick” karena bentuk gramatikalnya tidak memerlukan ”tense” (kala).
Boaz menyimpulkan bahwa seharusnya pada pemberian suatu bahasa tertentu, yang pertama harus diperhatikan ialah “bagaimana sesuatu itu dinyatakan menurut morfologi bahasa itu dan bukan bagaimana kemungkinan sesuatu itu di ucapkan dalam bahasa itu”. Inilah kritik Boas yang sangat mendasar terhadap tata bahasawan tradisional yang ingin memaksakan kerangka bahasa Indo-Eropa terhadap bahasa lainnya.

2. Edward Sapir
              Edwar Sapir adalah seorang Yahudi Jerman, mulai berdiam di Amerika Serikat ketika ia berumur 5 tahun (1889). Ia belajar di Universitas Columbia, dengan Filologi bahasa Jerman sebagai mata kuliah utamanya. Pengaruh Boas sangat besar terhadap dirinya sehingga iapun tertarik pada Linguistik dan Antropologi. Tahun 1904 ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Boas di Amerika Serikat. Pada waktu itu is sedang mengikuti program Master di Universitas dimana ia belajar.  Disamping perhatiannya yang besar terhadap penelitian ilmu – ilmu bahasa, iapun termasuk seorang sastrawan, musisi dan kritikus yang tajam. Ia banyak menulis kritik – kritik di bidang seni dan bidang – bidang lainnya.
Segala karyanya ditulis dalam bukunya yang berjudul ”Language” (1921). Konsepsinya terhadap bahasa dapat ditelusuri dalam batasan yang dibuatnya mengenai bahasa. Ia membuat batasan mengenai bahasa sebagai berikut:”Language is a purely human and non-instinctive method of communicatingideas, emotions and desires by means of a system of voluntarily produced symbol”. (Bahasa adalah suatu metode yang semata – mata digunakan oleh manusia dan tidak bersifat naluri yang digunakan mengkomunikasikan ide, perasaan dan keinginannya dengan menggunakan sistem lambang secara sukarela) (Samsuri, 1988: 54).
   Dari batasan diatas, dapat diperoleh beberapa garis konsepsinya mengenai bahasa sebagai berikut:
  1. Makna bahasa itu dihubungkan dengan gambaran (image) visual, tingkat pemahaman, atau rasa hubungan.
  2. Kesesuaian antara tuturan dan makna merupakan suatu hubungan yang boleh tetapi tidak perlu selalu ada (Kelihatan). Jadi, gagasan atau ide merupakan isi dari suatu tuturan yang paling tinggi potensinya. Dengan demikian bentuk dan makna bahasa seharusnya mendapat perhatian dan kajian yang sebaik – baiknya.

Seorang mahasiswa Boas ini tak kalah dalam menyampaikan argumennya. Kajiannya yang terkenal ialah mengenai suatu pemberian bahasa. Selain itu, ia juga mempunyai konsep bahasa yaitu makna bahasa yang dikaitkan dengan visual, tingkat pemahaman dan rasa hubungan serta kesesuaian bahasa dengan makna. Dari ide yang tertuang dibenaknya, murid Boas ini lalu membagi konsepnya menjadi sub kajian yaitu unsur-unsur tuturan, bunyi bahasa, bentuk bahasa, bahasa-ras-dan kebudayaan.
·         Unsur- unsur Tuturan
Sehubungan dengan unsur tuturan Sapir menganggap bahwa bagian yang paling mendasar dari suatu bahasa adalah radical (radikal), unsur-unsur gramatikal, kalimat dan kata. Yang dimaksudkan dengan radikal adalah unsur-unsur gramatikal yang mempunyai kesejajaran makna dengan morfem. Pandangannya terhadap bentuk-bentuk linguistik terdiri atas tiga, yaitu hubungan antara bentuk-bentuk linguistik (sama dengan morfem, kata, dan kalimat), proses gramatikal (seperti afiksasi dan modifikasi) dan konsep gramatikal.
·         Bunyi Bahasa
Dalam bidang bunyi bahasa Sapir menekuni sistem bunyi dari berbagai bahasa dan membandingkannya antara bahasa tersebut. Dalam hal ini lebih ditekankan pada hubungan struktur bunyi bahasa tersebut. Sehubungan dengan bentuk bahasa Sapir mengemukakan dua pengertian bentuk bahasa, yaitu konsep dasar yang diberikan oleh suatu bahasa dan metode formal yang menyangkut penghubungan metode dasar dan modifikasi (Busri dan Badrih, 2015: 12).
·         Bentuk Bahasa
Menurut Sapir, keberadaan bentuk bahasa dalam satu bahasa merupakan acuan sistem yang sempurna. Ia berpendapat ada dua pengertian yang patut diperhatikan dalam mempelajari bentuk bahasa, yaitu :
a. Konsep dasar yang diberikan oleh suatu bahasa.
b. Metode formal, dimana konsep dasar itu dihubungkan dan dimodifikasi.
·         Bahasa – Ras dan Kebudayaan
Sapir sebagai seorang Antropolog berusaha mengungkapkan hubungan antar ciri-ciri rasial si penutur dengan kebiasaan kebahasaan mereka, antara bahasa yang digunakan dengan corak kebudayaan yang diungkapkan oleh bahasa itu.
Hal ini dapat dilihat dari kosa kata bangsa eskimo, yang jelas membutuhkan seperangkat ungkapan-ungkapan tertentu yang berhubungan dengan salju yang selalu mengelilinginya. Alih-alih bahasa Polinesia yang mungkin tidak pernah melihat salju.
Dalam satu aspek kebudayaan, Sapir dan seorang muridnya yang sangat pintar yaitu Benyamin Whorf, berpendapat bahwa bahasa itu menentukan dan memainkan peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kebudayaan manusia. Aspek pikiran dan cara berfikir manusia sangat dipengaruhi oleh bahasa mereka. Menurut Sapir dan Whorf, pengalaman manusia tidak mungkin tercipta tanpa bahasa, malahan mereka berdua berkata bahwa hakekat kandungan bahasa itu sama, yaitu “The intuitive science of experience” (Ilmu pengetahuan pengalaman yang bersifat intuitive akan dibentuk dan dipolakan sesuai dengan bahasa penuturnya).

3. Leonard Bloomfield
            Leonard Bloomfield adalah seorang ahli bahasa Amerika yang paling besar sumbangannya dalam menyebarluaskan prinsip – prinsip dan metode – metode yang biasa disebut ”Strukturalisme Amerika”. Pengaruhnya melalui tulisan – tulisan yang dihasilkannya melebihi dari ajaran – ajaran yang dilakukannya. Sesudah bukunya yang pertama ”Introduction to the study of linguage”  terbit pada tahun 1914. Ia banyak menulis karangan – karangan, baik tentang linguistik umum maupun tentang bahasa – bahasa tertentu. Penelitiannya tentang bahasa – bahasa Indian Amerika sangat terkenal dan memberikan pengaruh yang besar. Ide – idenya disalurkan melalui tulisan –tulisannya dalamsebuah jurnal mengenai masyarakat linguistik Amerika yang bernama ”language”. Melalui majalah itu pulalah ia berusaha menjelaskan pendiriannya terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan metode.
            Tahun 1933, terbitlah karya besarnya yang berjudul ”Language”. Judul buku itu sama dengan judul buku Sapir yang diterbitkan 12 tahun sebelumnya. Buku itu terdiri atas 600 halaman, merupakan karyanya yang besar, isinya padat, lengkap, sehingga sampai sekarang buku itu tetap tidak tersaingi. Bloomfield sangat dipengaruhi oleh ilmu jiwa (behaviorisme. Ia sangat mengagumi A.P. Werss. salah seorang pelopor ilmu jiwa behaviorisme, dan iapun terpengaruh olehnya. Akibat pengaruh yang merusak jiwanya itulah sehingga ia mengubah dasar fikiran yang dituangkan dalam bukunya yang pertama ”An Introduction to linguistic Science” (1914) dan menyesuaikannya dengan pandangan mekanistik penganut behaviorisme. Begitu terpengararuhnya pada pandangan behaviorisme sehingga di dalam esei – esei yang ditulisnya untuk ”International Encyclopedia of United Science”, ia menyatakan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh metode ilmiah yang dapat dibatasi dengan merujuk ke acuan behaviorisme (Busri dan Badrih, 2015:10-11).
            Pandangannya tentang penggunaan bahasa (the use of language)dirumuskannya dengan rumus ”Rangsangan dan Tanggapan” , yang digambarkan dengan formula  R — t … r — T. Maksudnya: Suatu rangsangan praktis (R) menyebabkan seseorang berbicara alih – alih bereaksi secara praktis: ini merupakan pengganti bahasa – bahasa (t) bagi pendengar, hal itu merupakan pengganti bahasa (r) yang menyebabkan dia memberi tanggapan praktis (T). R dan T adalah ”peristiwa praktis” yang seakan – akan tinggal diluar bahasa ; t dan r adalah peristiwa – peristiwa bahasa (Samsuri, dalam Soejono, 1987 : 14).
Teori makna Bloomfield, juga berdasarkan teori rangsangan dan tanggapan diatas. Dengan memperkenalkan bahasa berdasarkan rangsangan dan tanggapan diatas, ia telah membedakan peristiwa bahasa (t . . . r) dari peristiwa praktis (R.T), dan juga ia telah menyatakan bahwa ”tuturan bahasa” itu penting karena mengandung makna; dan makna itu sendiri terdiri atas hal – hal yang penting dimana tuturan bahasa itu dihubungkan, yaitu peristiwa praktis. Arti dari suatu bentuk bahasa (linguistic form) adalah situasi dimana si pembicara menyebutkannya dan tanggapan yang ditimbulkannya pada diri si pendengar. Menurut Bloomfield, kita hanya dapat menentukan arti dari suatu bentuk tuturan secara cermat apabila arti itu berhubungan dengan sesuatu yang dapat memberikan manfaat pengetahuan yang bersifat ilmiah. Kita dapat menentukan nama tumbuh – tumbuhan atau binatang dengan menggunakan istilah – istilah teknik botani atau kehewanan, akan tetapi kita tidak punya cara yang tepat untuk menyatakan rasa cinta atau benci – dan jenis terakhir inilah yang paling banyak (Francis P. Dinneen. 1967 : 247).
            Teori Bloomfield yang lebih utama tertuju pada usahanya mencoba menguraikan secara eksplisit metode – metode yang tepat untuk memberikan bentuk bahasa. Ia membedakan bentuk terikat (bound form) yang tak pernah digunakan secara berdiri sendiri dari bentuk bebas (free form). Dalam sebuah konstituen termuat satu bentuk yang kompleks, yaitu bentuk linguistik lainnya. Satu bentuk yang kompleks dinamakan bentuk yang sederhana atau morfem. Bentuk yang kompleks tidak dapat langsung dianalisis menjadi konstituen akhir (final Constituent) melainkan hanya dalam konstituen langsung (immediate constituent). makna sebuah morfem adalah sememe: kumpulan morfem suatu bahasa adalah merupakan leksikon bahasa itu. Tetapi leksikon itu sendiri tidak dapat menerangkan semua makna dari suatu bahasa karena masih ada ciri – ciri signifikan lainnya yang tidak termasuk dalam kumpulan itu. Makna sebagian ditentukan oleh tataan bentuk, sedangkan tataan bentuk yang bermakna dari suatu bahasa, itulah yang merupakan struktur bahasa itu.
Ada 4 cara menurut Bloomfield untuk menyusun bentuk (form) (Busri da Badrih, 2015:11) :
a.     Order (urutan). – Alim memukul Badu X Badu memukul Ali.
b.     Modulation (penggunaan fonem sekunder), — Jon X John ?
c.     Phonetic modification (modification fonetik), — do not X don’t
d.  Selection (memberikan satu faktor makna oleh karena bentuk yang berbeda memberikan makna yang berbeda pula).
            Dengan demikian, dalam bentuk bahasa tercakup kelas – kelas dan bagian kelas. seperti kata kerja (verbs), kata benda (substantives), kata sifat (adjectives), dan sebagainya.
            Bentuk bahasa dalam tatabahas dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu sentence type (tipe kalimat), construction (konstruksi), konstruksi ini dinamakan sintaksis kalau tidak terdapat bentuk terikat di antara konstituennya, contoh John kehujanan, Hasan tidur. Dinamakan morfologi kalau konstituennya terdiri dari bentuk terikat, seperti –an pada makanan, ter pada tertidur, dan sebagainya, yang terakhir adalah substition (substitusi), apabila bentuk tatabahasa itu merupakan suatu bentuk penggantian konvensional terhadap salah satu kelas dari bentuk lain, contoh kata ganti, sepertinya manggantikan dia dan hasan.

            Selain menjadi seorang ahli linguistik, Bloomfield juga terkenal dengan teori behaviorisme yang berakar dari pemikiran Plato yang percaya bahwa proses bahasa ini berpuncak dari proses peniruan atau mimetic. Setiap perkataan yang dilafalkan pasti mempunyai struktur. Sebagai contoh, sekiranya seseorang individu itu menyebut rumah, strukturnya mesti rumah, bukan hamur atau maruh. Beliau lebih mengutamakan bahasa lisan sebagai objek kajian dan menyebabkan wujudnya Linguistik Deskriptif. Berkenaan bahasa dan struktur, Bloomfield mengetengahkan kaidah penganalisisan struktur yaitu kaidah pemenggalan. Sebelum mengikuti aliran behaviorisme dari Watson dan Weiss, Bloomfield menganut paham mentalisme  yang sejalan dengan teori psikologi Wundt. Kemudian beliau menentang mentalisme dan mengikuti aliran perilaku atau behaviorisme. Hal ini sangat  berpengaruh terhadap perkembangan Linguistik Amerika. Bloomfield menerangkan makna semantik dengan rumus-rumus behaviorisme. Akibatnya makna tidak dikaji oleh linguis-linguis lain yang menjadi pengikutnya. Unsur-unsur linguistik diterangkan berdasarkan distribusi unsur- unsur tersebut di dalam lingkungan (environment) di mana unsur-unsur itu berada.



2.2 Pandangan Linguistik Aliran Strukrualisme Amerika
            Linguistik struktural (linguistik deskriptif) berkembang sebagai akibat ketidakpuasan para peneliti bahasa terhadap aliran tradisional. Untuk memahami bahasa secara utuh, harus dikaji strukturnya (bagian internal bahasa). Jadi bahasa didudukkan sebagai bahasa, tanpa ditambahai beban apapun. Jika linguistik tradisional menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan Latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka linguistik strukturalis tidak demikian. Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu.
            Pada permulaan abad XX, Ferdinand de Saussure muncul dengan pandangan – pandangan barunya yang membahas bahasa secara sinkronik. Dialah yang mula pertama membangun suatu ilmu bahasa baru di Eropa yang kemudian dikenal dengan nama Linguistik Struktural. Ilmu ini segera tersebar keseluruh Eropa, termasuk ke benua Amerika. Perkembangan lingfusitrik strukturtal di Amerika dipelopori oleh para linguis besar dizamannya, antara lain seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan leonard Bloomfield.
            Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini. Di antaranya pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian yang belum diperikan. Mereka ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu dengan baru, yaitu secara sinkronik. Cara lama yaitu secara historis atau diakronik kurang bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena sejarah bahasa-bahasa Indian sedikit sekali diketahui, bahkan banyak yang hampir sama sekali tidak diketahui (Chaer, 2003:359).
Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Oleh karena itu, dalam memberikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu berdasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Juga tidak mengherankan kalau masalah makna atau arti kurang mendapat perhatian. Malah ada linguis Amerika yang sangat terpengaruh oleh Bloomfield bertindak lebih jauh lagi dengan meninggalkan makna sama sekali. Misalnya, Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Ketidakpedulian kelompok strukturalis Amerika terhadap makna ini adalah berdasar pada cara kerjanya yang sangat bersandar pada data empirik. Makna tidak dapat diamati secara empirik. Berbeda dengan fonem, morfem, dan kalimat yang bisa diamati, dan bisa disegmentasikan (Chaer, 2003:359).
            Pada awal abad XX juga kajian bahasa mengalami perkembangan dalam segala aspeknya, mulai dari kajian historis komparatif sampai masalah analisis dan sintesis struktur kebahasaan, dan terjadi tidak hanya pada kontingen Eropa, tetapi juga seluruh kawasan di Amerika. Perkembangan ini disebut aliran strukturalisme Amerika pasca Bloomfield. Kajian-kajian yang dilakukan pada umunya bersifat deskriptif, namun masalah yang dikaji menyangkut struktur bahasa. Oleh karena itu kelompok pasca Bloomfield ini disebut kelompok strukturalis/kaum strukturalis.
            Menurut kaum strukturalis, struktur bahasa adalah hubungan antar dan pola-pola yang membentuk “bangunan bahasa”. Bahasa dalam hal ini di artikan sebagai “ujaran” dan tulisan bentuk sekunder, kebudayaan sama pentingnya dengan ujaran. Kaum strukturalis memandang bahasa itu mempunyai tingkatan dan setiap tingkatan mempunyai sistem yang berpola-pola. Tingkatan bahasa yang paling rendah disebut fonetik selanjutnya fonemik dan keduanya membangun tingkatan yang disebut dengan fonologi.
            Pemahaman tentang fonologi, khususnya pemakaian transkripsi fonemis, menjadi penting dalam kajian bahasa pada tingkatan yang lebih tinggi disebut dengan morfologi dan sintaksis bahasa. Oleh karena kajian bahasa kaum strukturalis itu dilakukan untuk menemukan sistem fonem, sistem morfem, sistem kata dan sistem kalimat bahasa, maka oleh kaum transformasi, ilmu bahasa struktur disebut ilmu bahasa penemuan. Disebut ilmu bahasa penemuan karena pekerjaannya memotong-motong dan menggolong-golongkan dan memberinya nama pada potongan-potongan dan golongan-golongan komponen sistem bahasa tersebut.
            Perkembangan selanjutnya dari aliran strukturalisme adalah aliran strukturalisme pasca Bloomfield. Diantara tokoh yang berjasa dalam pengembangan aliran struktural pasca Bloomfield ini antara lain : Charles F. Hocket, Bernard Block, Zelling S. Haris dan lain-lain.
            Tatabahasa tagmemik juga merupakan lanjutan dari airan strukturalisme Amerika. Aliran ini mewarisi pandangan-pandangan Frans Boaz, Leonard Bloomfield, dan Edward Sapir. Sebagai lanjutan dari aliran strukturalisme, teori tagmemik menganut pandangan bahwa suatu unsur atau bagian tidak dapat di analisis secara terpisah sama sekali dari unsur-unsur atau satuan-satuan yang lain.
            Salah satu tokoh yang mencetuskan tatabahasa tagmemik adalah Kenneth Lee Pike salah seorang murid Edward Sapir. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Languange in Relation to a Unified Theory of the Structure of Human Behaviour. Buku tersebut berisi buah pikiran Pike tentang teori tagmemik dan metode penerapannya.
            Teori tagmemik dikembangkan berdasarkan tiga konsep dasar. Pertama, bahasa dipandang sebagai bagian dari tingkah laku manusia dan antara tingkah laku verbal dan non-Verbal tidak dapat dipisahkan secara total. Kedua, analisis dan pemerian didasarkan pada tagmen, yaitu satuan dasar gramatika. Tagmen didefinisikan sebagai “ The Correlation of a grammatical function or Slot with a class of mutually subsitutable items occuring in that slot”. Tagmen adalah suatu tempat dalam struktur sintaktik, atau morfologik, bersama-sama dengan kelas formal unsur-unsur yang menempati tempat tersebut (sering disebut “slot” – gatra dan “filler”-butir pengisi). Tagmen menggabungkan konsep tradisional, seperti subjek, predikat, objek, dan adverbia dengan konsep kelas seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan sebagainya. Sebagai contoh, kalimat “anak tidur”. Kalimat tersebut terdiri dari dua tagmen kata, yaitu tagmen subjek yang diisi oleh nomina dan tagmen predikat yang diisi verba intransitif, yang biasanya disingkat dengan simbol-simbol: + S:n + P : Vint.
            Ketiga, teori tatabahasa tagmemik menganalisis suatu unit sintaksis menjadi tagmen-tagmen secara berurutan dan serempak. Perhatikan contoh berikut ini:  
Rahmat membeli buku kemarin
Akan dianaisis sebagai berikut.
Rahmat membeli buku kemarin
Rahmat            membeli buku kemarin
            Membeli buku             kemarin
 Membeli                     buku                        
            Tagmemik dalam analisis tingkah laku (termasuk tingkah laku linguistik) menggunakan dua alat deskripsi utama, yaitu pembedaan gagasan etik dan emik, tataurut tagmemik. Istilah etik dan emik diambil Pike dari fonologi (bagian akhir fonetik dan fonemik) dan diterapkan secara universal. Emik adalah satuan formal dalam sistem tertutup, sedangkan etik adalah manifestasi material yang dapat diidentifikasi melalui ciri-ciri pemeriannya yang nampak. Tataurut tagmemik dengan menguraikan ujaran yang berupa satuan-satuan yang dapat dikenali pada tataran yang berbeda-beda. Berikut ini diturunkan satu tataurut tagmemik dalam menganalisa kalimat bahasa Indonesia “Saya meminjam buku dan membacanya”.
            Untuk menganalisis kalimat tersebut, singkatan dan tanda yang dipakai adalah sebagai berikut :
HF       = Hirarki fonologis
HR      = Hirarki Referensi atau leksikal
HG      = Hirarki gramatikal
tm        = tataran minimal (diisi oleh satuan minimal)
tp         = tataran primer (diisi oleh satuan primer)
ts         = tataran sekunder (diisi oleh satuan sekunder)
S          = fungsi subjek
P          = fungsi predikat
O         = fungsi objek
N         = Nomina
Vt        = Verba transitif
Pron.    = pronomina
F          = Frasa (digunakan dalam analisis empat kisi atau empat sel)
Huruf = fonem
-          = morfem
[ ]         = tagmen
            = silabel (suku kata)
Rumpang = kata
//          = klausa
/           = suku dalam puisi
( )         = frasa
//o        = kalimat
+          = sel empat kisi
ag        = peran agentif
obj       = peran objektif
ak        = peran aktif
Hub     = hubungan
Konj    = konjungsi
Phub    =penanda hubungan
Contoh analisis :
HF       tm        fonem              sayameminjambukudanmembacanya                                      tp         silabel              sa.ya.me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku.dan.mem.ba.ca.nya.            ts         suku                 sa.ya./me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku./dan.mem.ba.ca.nya
HR      tm        morfem            saya-meN-pinjam-se-buah-buku-dan-meN-baca-nya
            tp         kata                 saya meminjam sebuah buku dan membacanya
            ts         frasa                saya meminjam (sebuah buku) dan membacanya
HG      tm        tagmen                        [saya][meminjam][sebuah buku][dan][membaca][nya]           tp         klausa              11[saya][meminjam][sebuah buku]11 11[dan][memba                                               ca][-nya]11
            ts         kalimat                        11[saya][meminjam][sebuah buku]11[dan][membaca                                                ][-nya]
III. Simpulan
-          Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diberikan. Mereka ingin memberikan bahasa-bahasa Indian dengan cara baru, yaitu secara sinkronik. Cara lama yaitu secara historis atau diakronik kurang bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena sejarah bahasa-bahasa Indian itu sedikit sekali diketahui. Malah banyak yang hampir sama sekali tidak diketahui.
-          Keasyikan dengan fenomena didalam setiap penelitian yang dilakukannya, telah menjadikan Bloomfield dan kawan – kawan ilmuwan sejati sejajar dengan ilmuwan – ilmuwan besar pada bidang di luar ilmu bahasa.
-          Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Oleh karena itu, dalam memberikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu berdasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Juga tidak mengherankan kalau masalah makna atau arti kurang mendapat perhatian. Malah ada linguis Amerika yang sangat terpengaruh oleh Bloomfield bertindak lebih jauh lagi dengan meninggalkan makna sama sekali. Misalnya, Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Ketidakpedulian kelompok strukturalis Amerika terhadap makna ini adalah berdasar pada cara kerjanya yang sangat bersandar pada data empirik. Makna tidak dapat diamati secara empirik. Berbeda dengan fonem, morfem, dan kalimat yang bisa diamati, dan bisa disegmentasikan.
-          Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of Amerika, yang menerbitkan majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
-          Satu hal yang menarik dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memberikan suatu bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data dikumpulkan secara cermat, setapak demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis) diklasifikasikan berdasarkan distribusinya.

-         Daftar Pustaka
-          Alwasilah A.Chaedar,1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik.
                   Bandung : Angkasa.
-          Abdul, Chaer. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
-          Busri, Hasan dan Badrih. 2015. Linguistik Indonesia. Malang : UM press.
-          Bloomfield, Leonard,1933. Language, Holt, Rinheart and Winston. Inc,
-          Samsuri,1998. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta : Depdiknas.
-          Sapir, Edwart, 1921 Language An Introduction to the Sturdy of Speech,
                     Harcourt, Brace And World, Inc., USA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar