Abstrak
Linguistik struktural berkembang
sebagai akibat ketidakpuasan para peneliti bahasa terhadap aliran tradisional.
Untuk memahami bahasa secara utuh, harus dikaji strukturnya (bagian internal
bahasa). Jadi bahasa didudukan sebagai bahasa, tanpa ditambahi beban apapun.
Sejak tahun 1930-an sampai tahun 1950-an, kajian linguistik didominasi aliran
strukturalisme Amerika, terutama dikembangkan oleh linguis Amerika ketiga tokoh
tersebut ialah Franz Boas, Erdward Sapir, dan Leonard Bloomfield.
Franz Boas berpendapat, diantara
aspek-aspek kebudayaan yang dapat dipelajari dengan baik, bahasa merupakan
sarana yang tepat untuk mempelajari kebudayaan itu dengan jelas. Bahasa
hanyalah merupakan tuturan artikulasi, yakni komunikasi dengan menggunakan
kelompok-kelompok bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat artikulasi. Buah
pemikirannya tentang linguistik strukturalisme mengenai : 1) kategori
gramatikal, 2) pronomina kata ganti, 3) verb (kata kerja).
Erward Sapir membuat batasan akan
bahasa itu adalah suatu metode yang semata-mata digunakan oleh manusia dan
tidak bersifat naluri yang digunakan mengkomunikasikan ide, perasaan, dan
keinginan dengan menggunakan sistem lambang secara sukarela (Samsuri, 1988:54).
Sumbangsi pemikirannya antara lain mengenai : 1) unsur-unsur tuturan, 2) bunyi
bahasa, 3) bentuk bahasa, 4) bahasa-ras dan kebudayaan.
Pemikiran Leonard Bloomfield juga
tidak kalah dari kedua ilmuan diatas, ia membagi bentuk grammar ke dalam 3 kelas yaitu sentence type (tipe
kalimat), construction (konstruksi), subtitution (subtitusi).
Ciri/ karakterisitik teori
kebahasaan struktural mempunyai asumsi dan hipotesis tentang bahasa berdasarkan
pada hasil pemakaian yang otonom tentang bahasa (tidak ada campur tangan
filsafat dan logika). Asumsi dan hipotesis tentang bahasa diuji atau
diverifikasi dengan data bahasa, baik yang berbentuk lisan maupun tulisan.
Kata Kunci : Linguistik dan
Strukturalisme
I.
Pendahuluan
Dalam ilmu Linguistik
terdapat beberapa aliran. Aliran yang dianut dan menjadi dasar bagi cara
pengkajian dan analisis unsur pokok Ilmu linguistik yaitu bahasa. Antara satu
aliran dengan aliran yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, terutama
bagaimana cara pandang aliran tersebut terhadap bahasa.
Antara satu aliran dan
aliran yang lainnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Aliran Praha tidak
bisa dipisahkan dengan aliran strukturalis Amerika, dan ada saatnya aliran Tata
Bahasa Transformasi tidak dapat dipisahakan juga dari studi aliran linguistik
diakronik. Sebagai contoh pada Linguistik Tradisional khususnya pada saat
Linguistik Modern digagas.
Fenomena adanya
keheterogenan aliran dalam ilmu linguistik itu, maka perlu adanya telaah khusus
pada masing-masing aliran. Agar terpenuhinya pemahaman akan masing-masing
aliran secara mendalam.
Sejak tahun 1930-an
sampai tahun 1950-an, kajian linguistik di dominasi oleh aliran strukturalisme,
terutama yang dikembangkan oleh linguis Amerika, seperti Leonard Bloomfield
(1887-1950). Tokoh lain yang juga mengembangkan aliran strukturalisme adalah
Edward Sapir (1884-1939) dan Franz Boas (1858-1942). Oleh karena itu, aliran
strukturalisme ini disebut juga “aliran strukturalisme Amerika” (Busri dan
Badrih, 2015:10).
Pada makalah tersebut
penulis mencoba menjelaskan sekilas tentang cara pandang akan linguistik
strukturalisme Amerika berikut disertai dengan tokoh-tokoh yang menyumbang
pemikiran dan penelitiannya yang mendukung aliran strukturalisme Amerika tersebut.
II.
Pembahasan
Salah satu aliran dalam
ilmu linguistik adalah Aliran Strukturalisme Amerika. Sebuah aliran yang
memiliki kekhususan analisis bahasa dan cara kerjanya. Kekhususan itu terlihat
dari cara kerjanya yang fokus pada struktur bahasa. Struktur itu terdiri dari
fon, fonem, morfem,kata, kalimat, dan wacana. Namun tingkatan bahasa tersebut
dianalisis sendiri-sendiri. Jadi antar sturktur bahasa dianggap terpisah.
Pada dasarnya, aliran
strukturalisme Amerika adalah aliran yang bermula pada permulaan abad XX.
Aliran itu terdapat di kontinen Eropa dan benua Amerika sebelah Utara. Jika di
Eropa dikenal Ferdinand De Saussure, Boudouin de Courtenay, Hjemself, Henry Sweet,
O Jepersen danlain- lain. Di benua Amerika sebelah utara ada Franz Boaz, Edward
Sapir, dan Leonard Bloomfield. Menyusul generasi berikutnya yang disebut dengan
kaum Pasca Bloomfield. Amerika Fonologi dijadikan dasar bagi
penelitian-penelitiannya.
Selanjutnya akan
dibahas lebih rinci tentang tokoh-tokoh yang memiliki pemikiran dan
penelitiannya yang mendukung akan aliran strukturalisme Amerika dan bagaimana
cara pandang teori tersebut.
2.1 Tokoh-tokoh
Linguis Aliran Strukturalisme Amerika
Dalam Linguistik
Struktralisme di Amerika mempunyai tiga tokoh yang sangat berperan dalam
pengkajian bahasa di benua tersebut. Ketiga tokoh tersebut ialah Franz
Boaz, Edward Sapir dan Leonard Bloomfield.
1. Franz Boaz
Franz Boaz memulai
karir akademinya sebagai seorang mahasiswa ilmu fisika dan geografi, dan lewat
disiplin ilmunya yang kedua itulah yang membawanya ke ilmu berikutnya yaitu
antropologi. Selanjutnya melalui ilmu antropologi yang ditekuninya ia mulai
berkenalan dengan penyelidikan-penyelidikan bahasa. Menurutnya di antara
aspek-aspek kebudayaan yang dapat di pelajari dengan baik, bahasa merupakan
sarana yang tepat untuk mempelajari kebudayaan itu dengan jelas. Sesudah
mengajar beberapa lamanya di Berlin, pada tahun 1880 ia pun pindah ke Amerika.
Disanalah ia mengkhususkan penelitiannya pada bahasa-bahasa Indian di Amerika
Utara dan sekaligus mendirikan sebuah sekolah penelitian linguistik yang besar.
Hasil penelitiannya yang diterbitkan dalam judul Handbook of American Indian
Languanges dalam bukunya ia mengutarakan uraiannya dalam penyelidikan
bahasa yang merupakan ancangan deskriptif dalam penyelidikan bahasa.
Dia adalah seorang
linguistik yang otodidak (selftaught linguist) dan banyak memberikan
andil terhadap penelitian-penelitian bahasa, khususnya bahas India-Amerika. Di
antara hasil penelitiannya, dia menghilangkan anggapan bahwa sifat dasar bahasa
itu asalnya dari bahasa Eropa. Dia mengatakan bahwa bahasa manusia itu
berubah-ubah dan antara satu dan lainnya berbeda-beda.
Dalam membicarakan
masalah fonetik, Boaz mengikuti pendekatan yang digunakan de Saussure, yaitu
pendekatan yang berhubungan dengan sifat-sifat dasar sistematik bunyi bahasa.
Bagi Boaz bahasa hanyalah merupakan tuturan artikulasi, yakni komunikasi dengan
menggunakan kelompok-kelompok bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pikirannya tentang
struktur bahasa menyangkut:
(1) kategori gramtikal: unit dasar bahasa (termasuk
makna) adalah kalimat bukan kata, contoh kata ”air”, kata
itu dapat bermakna air di sumur, atau air minum di gelas, ataukah air sungai.
Singkatnya, sebuah kata akan menimbulkan pengertian yang bermacam – macam
selama kata itu tidak diletakkan dalam konteks kalimat.
(2) pronomina atau kata ganti: klasifikasi kata ganti itu menurut Boaz tidak tetap. Artinya ketiga macam kata ganti orang, pertama, kedua, dan ketiga, didasarkan pada konsep diri sendiri dan non diri sendiri. Kata ganti non diri sendiri dibagi lagi menurut kebutuhan tuturan, yaitu orang yang di ajak bicara dan orang yang dibicarakan.
(2) pronomina atau kata ganti: klasifikasi kata ganti itu menurut Boaz tidak tetap. Artinya ketiga macam kata ganti orang, pertama, kedua, dan ketiga, didasarkan pada konsep diri sendiri dan non diri sendiri. Kata ganti non diri sendiri dibagi lagi menurut kebutuhan tuturan, yaitu orang yang di ajak bicara dan orang yang dibicarakan.
(3) Verba (kata kerja): kategori verba khususnya dalam
bahasa Eropa seperti person (orang), number (Jumlah), tense
(kala), mood, dan voice, bersifat semena-mena dan berkembang
tidak merata pada berbagai usaha. Kalimat seperti: ”The
man is sick”, tidak eksplisit dan tidak berkecil –
kecil. Tetapi kalau dilihat pada bahasa lain, dapat lebih eksplisit dan
berkecil – kecil karena kalimat itu biasa berarti ”The singgle definite man
is sick at the present time” (seseorang yang tertentu sakit sekarang). Kalau dalam
bahasa eskimo, kalimat diatas hanya akan berbunyi ”Singgle man sick” karena
bentuk gramatikalnya tidak memerlukan ”tense” (kala).
Boaz menyimpulkan bahwa seharusnya pada
pemberian suatu bahasa tertentu, yang pertama harus diperhatikan ialah
“bagaimana sesuatu itu dinyatakan menurut morfologi bahasa itu dan bukan
bagaimana kemungkinan sesuatu itu di ucapkan dalam bahasa itu”. Inilah kritik
Boas yang sangat mendasar terhadap tata bahasawan tradisional yang ingin
memaksakan kerangka bahasa Indo-Eropa terhadap bahasa lainnya.
2.
Edward Sapir
Edwar Sapir adalah seorang Yahudi Jerman, mulai berdiam di Amerika
Serikat ketika ia berumur 5 tahun (1889). Ia belajar di Universitas Columbia,
dengan Filologi bahasa Jerman
sebagai mata kuliah utamanya. Pengaruh Boas sangat besar terhadap dirinya
sehingga iapun tertarik pada Linguistik dan Antropologi. Tahun 1904 ia bertemu
untuk pertama kalinya dengan Boas di Amerika Serikat. Pada waktu itu is sedang
mengikuti program Master di Universitas dimana ia belajar. Disamping perhatiannya yang besar terhadap penelitian ilmu – ilmu
bahasa, iapun termasuk seorang sastrawan, musisi dan kritikus yang tajam. Ia
banyak menulis kritik – kritik di bidang seni dan bidang – bidang lainnya.
Segala
karyanya ditulis dalam bukunya yang berjudul ”Language” (1921). Konsepsinya
terhadap bahasa dapat ditelusuri dalam batasan yang dibuatnya mengenai bahasa. Ia membuat
batasan mengenai bahasa sebagai berikut:”Language is a purely human and
non-instinctive method of communicatingideas, emotions and desires by means of
a system of voluntarily produced symbol”. (Bahasa adalah suatu metode yang
semata – mata digunakan oleh manusia dan tidak bersifat naluri yang digunakan
mengkomunikasikan ide, perasaan dan keinginannya dengan menggunakan sistem
lambang secara sukarela) (Samsuri, 1988: 54).
Dari
batasan diatas, dapat diperoleh beberapa garis konsepsinya mengenai bahasa
sebagai berikut:
- Makna bahasa itu
dihubungkan dengan gambaran (image) visual, tingkat pemahaman, atau
rasa hubungan.
- Kesesuaian antara
tuturan dan makna merupakan suatu hubungan yang boleh tetapi tidak perlu
selalu ada (Kelihatan). Jadi, gagasan atau ide merupakan isi dari suatu tuturan yang paling tinggi potensinya. Dengan
demikian bentuk dan makna bahasa seharusnya mendapat perhatian dan kajian
yang sebaik – baiknya.
Seorang mahasiswa Boas ini tak kalah dalam
menyampaikan argumennya. Kajiannya yang terkenal ialah mengenai suatu pemberian
bahasa. Selain itu, ia juga mempunyai konsep bahasa yaitu makna bahasa yang dikaitkan
dengan visual, tingkat pemahaman dan rasa hubungan serta kesesuaian bahasa
dengan makna. Dari ide yang tertuang dibenaknya, murid Boas ini lalu membagi
konsepnya menjadi sub kajian yaitu unsur-unsur tuturan, bunyi bahasa, bentuk
bahasa, bahasa-ras-dan kebudayaan.
·
Unsur- unsur Tuturan
Sehubungan dengan unsur
tuturan Sapir menganggap bahwa bagian yang paling mendasar dari suatu bahasa
adalah radical (radikal), unsur-unsur gramatikal, kalimat dan kata. Yang
dimaksudkan dengan radikal adalah unsur-unsur gramatikal yang mempunyai
kesejajaran makna dengan morfem. Pandangannya terhadap bentuk-bentuk linguistik
terdiri atas tiga, yaitu hubungan antara bentuk-bentuk linguistik (sama dengan
morfem, kata, dan kalimat), proses gramatikal (seperti afiksasi dan modifikasi)
dan konsep gramatikal.
·
Bunyi Bahasa
Dalam bidang bunyi
bahasa Sapir menekuni sistem bunyi dari berbagai bahasa dan membandingkannya
antara bahasa tersebut. Dalam hal ini lebih ditekankan pada hubungan struktur
bunyi bahasa tersebut. Sehubungan dengan bentuk bahasa Sapir mengemukakan dua
pengertian bentuk bahasa, yaitu konsep dasar yang diberikan oleh suatu bahasa
dan metode formal yang menyangkut penghubungan metode dasar dan modifikasi
(Busri dan Badrih, 2015: 12).
·
Bentuk Bahasa
Menurut Sapir, keberadaan bentuk bahasa dalam satu bahasa merupakan acuan
sistem yang sempurna. Ia berpendapat ada dua pengertian yang patut diperhatikan
dalam mempelajari bentuk bahasa, yaitu :
a. Konsep dasar yang diberikan oleh suatu bahasa.
b. Metode formal, dimana konsep dasar itu dihubungkan dan dimodifikasi.
·
Bahasa – Ras dan
Kebudayaan
Sapir sebagai seorang
Antropolog berusaha mengungkapkan hubungan antar ciri-ciri rasial si penutur
dengan kebiasaan kebahasaan mereka, antara bahasa yang digunakan dengan corak
kebudayaan yang diungkapkan oleh bahasa itu.
Hal ini dapat dilihat
dari kosa kata bangsa eskimo, yang jelas membutuhkan seperangkat
ungkapan-ungkapan tertentu yang berhubungan dengan salju yang selalu
mengelilinginya. Alih-alih bahasa Polinesia yang mungkin tidak pernah melihat
salju.
Dalam satu aspek
kebudayaan, Sapir dan seorang muridnya yang sangat pintar yaitu Benyamin Whorf,
berpendapat bahwa bahasa itu menentukan dan memainkan peranan yang sangat
penting dalam mengembangkan kebudayaan manusia. Aspek pikiran dan cara berfikir
manusia sangat dipengaruhi oleh bahasa mereka. Menurut Sapir dan Whorf,
pengalaman manusia tidak mungkin tercipta tanpa bahasa, malahan mereka berdua
berkata bahwa hakekat kandungan bahasa itu sama, yaitu “The intuitive
science of experience” (Ilmu pengetahuan pengalaman yang bersifat intuitive
akan dibentuk dan dipolakan sesuai dengan bahasa penuturnya).
3. Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield adalah
seorang ahli bahasa Amerika yang paling besar sumbangannya dalam menyebarluaskan prinsip –
prinsip dan metode – metode yang biasa disebut ”Strukturalisme Amerika”. Pengaruhnya melalui tulisan – tulisan yang dihasilkannya
melebihi dari ajaran – ajaran yang dilakukannya. Sesudah bukunya
yang pertama ”Introduction to the study of linguage” terbit pada tahun 1914. Ia banyak menulis karangan –
karangan, baik tentang linguistik umum maupun tentang bahasa – bahasa
tertentu. Penelitiannya
tentang bahasa – bahasa Indian Amerika sangat terkenal dan memberikan pengaruh
yang besar. Ide – idenya disalurkan melalui tulisan –tulisannya
dalamsebuah jurnal mengenai masyarakat linguistik Amerika yang bernama
”language”. Melalui majalah itu pulalah ia berusaha menjelaskan pendiriannya
terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan metode.
Tahun 1933, terbitlah karya besarnya yang berjudul ”Language”.
Judul buku itu sama dengan judul buku Sapir yang diterbitkan 12 tahun sebelumnya.
Buku itu terdiri atas 600 halaman, merupakan karyanya yang besar, isinya padat,
lengkap, sehingga sampai sekarang buku itu tetap tidak tersaingi. Bloomfield
sangat dipengaruhi oleh ilmu jiwa (behaviorisme. Ia sangat mengagumi A.P.
Werss. salah seorang pelopor ilmu jiwa behaviorisme, dan iapun terpengaruh
olehnya. Akibat pengaruh yang merusak jiwanya itulah sehingga ia mengubah dasar
fikiran yang dituangkan dalam bukunya yang pertama ”An Introduction to
linguistic Science” (1914) dan menyesuaikannya
dengan pandangan mekanistik penganut behaviorisme. Begitu terpengararuhnya pada
pandangan behaviorisme sehingga di dalam esei – esei yang ditulisnya untuk ”International
Encyclopedia of United Science”, ia menyatakan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh metode
ilmiah yang dapat dibatasi dengan merujuk ke acuan
behaviorisme (Busri dan Badrih, 2015:10-11).
Pandangannya tentang penggunaan
bahasa (the use of language)dirumuskannya dengan rumus ”Rangsangan dan Tanggapan” , yang digambarkan dengan formula R — t … r — T. Maksudnya: Suatu rangsangan praktis (R) menyebabkan
seseorang berbicara alih – alih bereaksi secara praktis: ini merupakan
pengganti bahasa – bahasa (t) bagi pendengar, hal itu merupakan pengganti
bahasa (r) yang menyebabkan dia memberi tanggapan praktis (T). R dan T adalah
”peristiwa praktis” yang seakan – akan tinggal diluar bahasa ; t dan r adalah
peristiwa – peristiwa bahasa (Samsuri, dalam Soejono, 1987 : 14).
Teori
makna Bloomfield, juga berdasarkan
teori rangsangan dan tanggapan diatas. Dengan memperkenalkan bahasa berdasarkan
rangsangan dan tanggapan diatas, ia telah membedakan peristiwa bahasa (t . . .
r) dari peristiwa praktis (R.T), dan juga ia telah menyatakan bahwa ”tuturan
bahasa” itu penting karena mengandung makna; dan makna itu sendiri terdiri atas
hal – hal yang penting dimana tuturan bahasa itu dihubungkan, yaitu peristiwa
praktis. Arti dari suatu bentuk bahasa (linguistic form) adalah situasi dimana si
pembicara menyebutkannya dan tanggapan yang ditimbulkannya pada diri si
pendengar. Menurut Bloomfield, kita hanya dapat menentukan arti dari suatu
bentuk tuturan secara cermat apabila arti itu berhubungan dengan sesuatu yang
dapat memberikan manfaat pengetahuan yang bersifat ilmiah. Kita dapat
menentukan nama tumbuh – tumbuhan atau binatang dengan menggunakan istilah –
istilah teknik botani atau kehewanan, akan tetapi kita tidak punya cara yang
tepat untuk menyatakan rasa cinta atau benci – dan jenis terakhir inilah yang
paling banyak (Francis P. Dinneen. 1967 : 247).
Teori Bloomfield yang lebih utama tertuju
pada usahanya mencoba menguraikan secara eksplisit metode – metode yang tepat
untuk memberikan bentuk bahasa. Ia
membedakan bentuk terikat (bound form) yang tak pernah digunakan secara berdiri
sendiri dari bentuk bebas (free form). Dalam sebuah konstituen termuat satu
bentuk yang kompleks, yaitu bentuk linguistik lainnya. Satu bentuk yang
kompleks dinamakan bentuk yang sederhana atau morfem. Bentuk yang kompleks
tidak dapat langsung dianalisis menjadi konstituen akhir (final Constituent)
melainkan hanya dalam konstituen langsung (immediate constituent). makna sebuah
morfem adalah sememe: kumpulan morfem suatu bahasa adalah merupakan leksikon
bahasa itu. Tetapi leksikon itu sendiri tidak dapat menerangkan semua makna
dari suatu bahasa karena masih ada ciri – ciri signifikan lainnya yang tidak
termasuk dalam kumpulan itu. Makna sebagian ditentukan oleh tataan bentuk,
sedangkan tataan bentuk yang bermakna dari suatu bahasa, itulah yang merupakan
struktur bahasa itu.
Ada 4 cara
menurut Bloomfield untuk menyusun bentuk (form) (Busri da Badrih, 2015:11) :
a. Order
(urutan). – Alim memukul Badu X Badu memukul Ali.
b. Modulation
(penggunaan fonem sekunder), — Jon X John ?
c. Phonetic
modification (modification fonetik), — do not X don’t
d. Selection
(memberikan satu faktor makna oleh karena bentuk yang berbeda memberikan makna
yang berbeda pula).
Dengan demikian, dalam bentuk bahasa tercakup kelas –
kelas dan bagian kelas. seperti kata kerja (verbs), kata benda (substantives),
kata sifat (adjectives), dan sebagainya.
Bentuk
bahasa dalam tatabahas dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu sentence type
(tipe kalimat), construction (konstruksi), konstruksi ini dinamakan
sintaksis kalau tidak terdapat bentuk terikat di antara konstituennya, contoh
John kehujanan, Hasan tidur. Dinamakan morfologi kalau konstituennya terdiri
dari bentuk terikat, seperti –an pada makanan, ter pada tertidur, dan
sebagainya, yang terakhir adalah substition (substitusi), apabila bentuk
tatabahasa itu merupakan suatu bentuk penggantian konvensional terhadap salah
satu kelas dari bentuk lain, contoh kata ganti, sepertinya manggantikan dia dan
hasan.
Selain menjadi seorang ahli linguistik, Bloomfield
juga terkenal dengan teori behaviorisme yang berakar dari pemikiran Plato yang
percaya bahwa proses bahasa ini berpuncak dari proses peniruan atau mimetic. Setiap perkataan yang dilafalkan pasti
mempunyai struktur. Sebagai contoh, sekiranya seseorang individu itu menyebut
rumah, strukturnya mesti rumah, bukan hamur atau maruh. Beliau lebih mengutamakan bahasa lisan sebagai
objek kajian dan menyebabkan wujudnya Linguistik Deskriptif. Berkenaan bahasa
dan struktur, Bloomfield mengetengahkan kaidah penganalisisan struktur yaitu
kaidah pemenggalan. Sebelum mengikuti aliran behaviorisme dari Watson dan
Weiss, Bloomfield menganut paham mentalisme yang sejalan dengan teori
psikologi Wundt. Kemudian beliau menentang mentalisme dan mengikuti aliran
perilaku atau behaviorisme. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan Linguistik Amerika. Bloomfield menerangkan makna semantik dengan
rumus-rumus behaviorisme. Akibatnya makna tidak dikaji oleh linguis-linguis
lain yang menjadi pengikutnya. Unsur-unsur linguistik diterangkan berdasarkan distribusi
unsur- unsur tersebut di dalam lingkungan (environment) di mana
unsur-unsur itu berada.
2.2 Pandangan Linguistik Aliran Strukrualisme Amerika
Linguistik struktural (linguistik deskriptif) berkembang sebagai
akibat ketidakpuasan para peneliti bahasa terhadap aliran tradisional. Untuk
memahami bahasa secara utuh, harus dikaji strukturnya (bagian internal bahasa).
Jadi bahasa didudukkan sebagai bahasa, tanpa ditambahai beban apapun. Jika
linguistik tradisional menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan Latin dalam
mendeskripsikan suatu bahasa, maka linguistik strukturalis tidak demikian.
Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri
atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu.
Pada permulaan
abad XX, Ferdinand de Saussure muncul dengan pandangan – pandangan barunya yang
membahas bahasa secara sinkronik. Dialah yang mula pertama membangun suatu ilmu
bahasa baru di Eropa yang kemudian dikenal dengan nama Linguistik
Struktural. Ilmu ini
segera tersebar keseluruh Eropa, termasuk ke benua Amerika. Perkembangan
lingfusitrik strukturtal di Amerika dipelopori oleh para linguis besar
dizamannya, antara lain seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan leonard Bloomfield.
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan berkembangnya aliran ini. Di antaranya pada masa itu para
linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa
Indian yang belum diperikan. Mereka ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu
dengan baru, yaitu secara sinkronik. Cara lama yaitu secara historis atau
diakronik kurang bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena sejarah
bahasa-bahasa Indian sedikit sekali diketahui, bahkan banyak yang hampir sama
sekali tidak diketahui (Chaer, 2003:359).
Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat
yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Oleh
karena itu, dalam memberikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu
berdasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokan dengan
kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Juga tidak mengherankan kalau masalah
makna atau arti kurang mendapat perhatian. Malah ada linguis Amerika yang
sangat terpengaruh oleh Bloomfield bertindak lebih jauh lagi dengan
meninggalkan makna sama sekali. Misalnya, Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Ketidakpedulian kelompok
strukturalis Amerika terhadap makna ini adalah berdasar pada cara kerjanya yang
sangat bersandar pada data empirik. Makna tidak dapat diamati secara empirik.
Berbeda dengan fonem, morfem, dan kalimat yang bisa diamati, dan bisa
disegmentasikan (Chaer, 2003:359).
Pada awal abad XX juga kajian bahasa mengalami perkembangan dalam
segala aspeknya, mulai dari kajian historis komparatif sampai masalah analisis
dan sintesis struktur kebahasaan, dan terjadi tidak hanya pada kontingen Eropa,
tetapi juga seluruh kawasan di Amerika. Perkembangan ini disebut aliran
strukturalisme Amerika pasca Bloomfield. Kajian-kajian yang dilakukan pada
umunya bersifat deskriptif, namun masalah yang dikaji menyangkut struktur
bahasa. Oleh karena itu kelompok pasca Bloomfield ini disebut kelompok
strukturalis/kaum strukturalis.
Menurut kaum strukturalis, struktur
bahasa adalah hubungan antar dan pola-pola yang membentuk “bangunan bahasa”.
Bahasa dalam hal ini di artikan sebagai “ujaran” dan tulisan bentuk sekunder,
kebudayaan sama pentingnya dengan ujaran. Kaum strukturalis memandang bahasa
itu mempunyai tingkatan dan setiap tingkatan mempunyai sistem yang
berpola-pola. Tingkatan bahasa yang paling rendah disebut fonetik selanjutnya
fonemik dan keduanya membangun tingkatan yang disebut dengan fonologi.
Pemahaman tentang fonologi,
khususnya pemakaian transkripsi fonemis, menjadi penting dalam kajian bahasa
pada tingkatan yang lebih tinggi disebut dengan morfologi dan sintaksis bahasa.
Oleh karena kajian bahasa kaum strukturalis itu dilakukan untuk menemukan
sistem fonem, sistem morfem, sistem kata dan sistem kalimat bahasa, maka oleh
kaum transformasi, ilmu bahasa struktur disebut ilmu bahasa penemuan. Disebut
ilmu bahasa penemuan karena pekerjaannya memotong-motong dan
menggolong-golongkan dan memberinya nama pada potongan-potongan dan
golongan-golongan komponen sistem bahasa tersebut.
Perkembangan selanjutnya dari aliran
strukturalisme adalah aliran strukturalisme pasca Bloomfield. Diantara tokoh
yang berjasa dalam pengembangan aliran struktural pasca Bloomfield ini antara
lain : Charles F. Hocket, Bernard Block, Zelling S. Haris dan lain-lain.
Tatabahasa tagmemik juga merupakan
lanjutan dari airan strukturalisme Amerika. Aliran ini mewarisi
pandangan-pandangan Frans Boaz, Leonard Bloomfield, dan Edward Sapir. Sebagai
lanjutan dari aliran strukturalisme, teori tagmemik menganut pandangan bahwa suatu
unsur atau bagian tidak dapat di analisis secara terpisah sama sekali dari
unsur-unsur atau satuan-satuan yang lain.
Salah satu tokoh yang mencetuskan
tatabahasa tagmemik adalah Kenneth Lee Pike salah seorang murid Edward Sapir.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Languange in Relation to a
Unified Theory of the Structure of Human Behaviour. Buku tersebut berisi
buah pikiran Pike tentang teori tagmemik dan metode penerapannya.
Teori tagmemik dikembangkan
berdasarkan tiga konsep dasar. Pertama, bahasa dipandang sebagai bagian dari
tingkah laku manusia dan antara tingkah laku verbal dan non-Verbal tidak dapat
dipisahkan secara total. Kedua, analisis dan pemerian didasarkan pada tagmen,
yaitu satuan dasar gramatika. Tagmen didefinisikan sebagai “ The Correlation
of a grammatical function or Slot with a class of mutually subsitutable items
occuring in that slot”. Tagmen adalah suatu tempat dalam struktur
sintaktik, atau morfologik, bersama-sama dengan kelas formal unsur-unsur yang
menempati tempat tersebut (sering disebut “slot” – gatra dan “filler”-butir
pengisi). Tagmen menggabungkan konsep tradisional, seperti subjek, predikat,
objek, dan adverbia dengan konsep kelas seperti nomina, verba, adjektiva,
adverbia, dan sebagainya. Sebagai contoh, kalimat “anak tidur”. Kalimat
tersebut terdiri dari dua tagmen kata, yaitu tagmen subjek yang diisi oleh
nomina dan tagmen predikat yang diisi verba intransitif, yang biasanya
disingkat dengan simbol-simbol: + S:n + P : Vint.
Ketiga, teori tatabahasa tagmemik
menganalisis suatu unit sintaksis menjadi tagmen-tagmen secara berurutan dan
serempak. Perhatikan contoh berikut ini:
Rahmat membeli buku kemarin
Akan
dianaisis sebagai berikut.
Membeli buku
Tagmemik dalam analisis tingkah laku
(termasuk tingkah laku linguistik) menggunakan dua alat deskripsi utama, yaitu
pembedaan gagasan etik dan emik, tataurut tagmemik. Istilah etik dan emik
diambil Pike dari fonologi (bagian akhir fonetik dan fonemik) dan diterapkan
secara universal. Emik adalah satuan formal dalam sistem tertutup, sedangkan
etik adalah manifestasi material yang dapat diidentifikasi melalui ciri-ciri
pemeriannya yang nampak. Tataurut tagmemik dengan menguraikan ujaran yang
berupa satuan-satuan yang dapat dikenali pada tataran yang berbeda-beda.
Berikut ini diturunkan satu tataurut tagmemik dalam menganalisa kalimat bahasa
Indonesia “Saya meminjam buku dan membacanya”.
Untuk menganalisis kalimat tersebut,
singkatan dan tanda yang dipakai adalah sebagai berikut :
HF = Hirarki fonologis
HR = Hirarki Referensi atau leksikal
HG = Hirarki gramatikal
tm = tataran minimal (diisi oleh satuan
minimal)
tp = tataran primer (diisi oleh satuan
primer)
ts = tataran sekunder (diisi oleh satuan
sekunder)
S = fungsi subjek
P = fungsi predikat
O = fungsi objek
N = Nomina
Vt = Verba transitif
Pron. = pronomina
F = Frasa (digunakan dalam analisis
empat kisi atau empat sel)
Huruf
= fonem
-
=
morfem
[ ] = tagmen
Rumpang
= kata
// = klausa
/ = suku dalam puisi
( ) = frasa
//o = kalimat
+ = sel empat kisi
ag = peran agentif
obj = peran objektif
ak = peran aktif
Hub = hubungan
Konj = konjungsi
Phub =penanda hubungan
Contoh
analisis :
HF tm fonem sayameminjambukudanmembacanya tp silabel sa.ya.me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku.dan.mem.ba.ca.nya. ts suku sa.ya./me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku./dan.mem.ba.ca.nya
HR tm morfem saya-meN-pinjam-se-buah-buku-dan-meN-baca-nya
tp kata saya meminjam sebuah buku dan
membacanya
ts frasa saya meminjam (sebuah buku) dan
membacanya
HG tm tagmen [saya][meminjam][sebuah
buku][dan][membaca][nya] tp klausa 11[saya][meminjam][sebuah buku]11
11[dan][memba ca][-nya]11
ts kalimat 11[saya][meminjam][sebuah
buku]11[dan][membaca ][-nya]
III.
Simpulan
-
Pada masa itu para
linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa
Indian di Amerika yang belum diberikan. Mereka ingin memberikan bahasa-bahasa
Indian dengan cara baru, yaitu secara sinkronik. Cara lama yaitu secara
historis atau diakronik kurang bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena
sejarah bahasa-bahasa Indian itu sedikit sekali diketahui. Malah banyak yang
hampir sama sekali tidak diketahui.
-
Keasyikan dengan fenomena didalam setiap
penelitian yang dilakukannya, telah menjadikan Bloomfield dan kawan – kawan
ilmuwan sejati sejajar dengan ilmuwan – ilmuwan besar pada bidang di luar ilmu
bahasa.
-
Sikap Bloomfield yang
menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu
di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Oleh
karena itu, dalam memberikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu
berdasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokan dengan
kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Juga tidak mengherankan kalau masalah
makna atau arti kurang mendapat perhatian. Malah ada linguis Amerika yang
sangat terpengaruh oleh Bloomfield bertindak lebih jauh lagi dengan
meninggalkan makna sama sekali. Misalnya, Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Ketidakpedulian kelompok
strukturalis Amerika terhadap makna ini adalah berdasar pada cara kerjanya yang
sangat bersandar pada data empirik. Makna tidak dapat diamati secara empirik.
Berbeda dengan fonem, morfem, dan kalimat yang bisa diamati, dan bisa
disegmentasikan.
-
Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena
adanya The Linguistics Society of Amerika, yang menerbitkan
majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
-
Satu hal yang menarik
dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka
yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memberikan suatu
bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data dikumpulkan secara cermat, setapak
demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
diklasifikasikan berdasarkan distribusinya.
-
Daftar
Pustaka
-
Alwasilah
A.Chaedar,1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi
Teori Linguistik.
Bandung : Angkasa.
-
Abdul, Chaer. 2003. Linguistik
Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
-
Busri,
Hasan dan Badrih. 2015. Linguistik Indonesia. Malang : UM press.
-
Bloomfield,
Leonard,1933. Language, Holt, Rinheart and Winston. Inc,
-
Samsuri,1998. Berbagai Aliran Linguistik Abad
XX. Jakarta : Depdiknas.
-
Sapir,
Edwart, 1921 Language An Introduction to the
Sturdy of Speech,
Harcourt,
Brace And World, Inc., USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar