SASTRAWAN ARAB ALIRAN PATRIOTISME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sastra
Arab merupakan karya sastra yang penting dan menarik untuk dikaji baik secara
historis ataupun kritik yang dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya.
Hal ini sangat mungkin karena karya sastra ini menggunakan media bahasa
al-Qur’an yaitu bahasa Arab dan tidak bisa dipungkuri bahwa bahasa al-Qur’an
memberikan standar bahasa fushah Arab baik dari aspek struktur, gaya, dan model
pengungkapan, sehingga memberikan inspirasi positif yang dapat mempengaruhi
model ekspresinya sastrawan Arab.
Dalam perjalanan sejarahnya, sastra Arab tidak timbul sekaligus
dalam bentuknya yang sempurna. Akan tetapi sastra Arab mengalami
perkembangan-perkembangannya secara sedikit demi sedikit dengan adanya
inovasi-inovasi dalam setiap fase perkembangan yang dilaluinya. Adapun fase
sejarah perkembangan sastra Arab dibagi menjadi masa jahiliyah, masa shadr
al-Islam, Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani dan masa modern.
Dalam setiap periode perkembangan tersebut, sastra Arab mengalami
inovasi yang membedakannya dengan periode lainnya. Pada fase modern khususnya,
ternyata sastra Arab memiliki berbagai aliran sastra yang muncul silih
berganti, baik karena motivasi kritikan terhadap model sastra yang muncul
sebelumnya maupun karena untuk menyempurnakan aliran lainnya yang muncul dalam
kurun waktu yang sama. Aliran-aliran sastra Arab yang mengemuka di masa modern
tersebut adalah al-Muhafizun (Neo-Klasik), ad-Diwan, Apollo, Romantisme.
Simbolisme dan yang terakhir adalah Haditsah (modern).
Dalam permulaan perjalanan sastra Arab modern berawal dari
kepemimpinan Muhammad Ali di Mesir, kedatangan perancis yang dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat Mesir khusunya
dibidang bahasa dan sastra, dari sinilah masa kebangkitan dimulai dari
kevakuman bahasa dan sastra Arab yang sekian lama. Pada masa ini tema-tema baru
pun lahir sedikit menggeser dari tema lama dan melahirkan tema baru, para
sastrawan Arab mulai beralih kepada tema-tema yang lebih aktual dan relevan
seperti nasionalisme & patriotisme, humanisme, dan persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh bangsa Arab akibat adanya imperialisme yang membuat perubahan
pada bentuk puisi menjadi mursal dan bebas.
Patriotisme adalah salah satu tema yang berkembang pada masa
kebangkitan sastra Arab modern, dimana puisi-puisi tersebut membawa pengaruh
yang besar terhadap masyarakat di Mesir khususnya untuk membangkitan semangat
mereka untuk mencintai akan tanah airnya, terkirimnya sebagian orang Mesir
untuk berlatih militer keluar merupakan salah satu bentuk kesetiaanya untuk
mempertahankan negaranya. Tokoh-tokoh
sastrawan yang berperan di tema ini diantaranya adalah Rifa’ah
at-Thahtawi.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari patriotisme, tema sastra patriotisme dan karakteristiknya?
2.
Siapa
sastrawan yang menggunakan tema patriotisme beserta contohnya?
1.3
Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari patriotisme dan tema sastra patriotisme.
2.
Untuk
mengetahui Siapa sastrawan yang menggunakan tema patriotisme beserta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata “Patriot” dan “isme” (bahasa
Indonesia)’ yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan “Patriotism”
(bahasa Inggris), yang berarti sikap gagah berani, pantang menyerah dan rela
berkorban demi bangsa dan negara.Patriotisme adalah sikap yang bersumber dari
perasaan cinta tanah air (semangat kebangsaan atau nasionalisme), sehingga
menimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya, atau dapat diartikan
sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan
kemakmuran tanah airnya (KBBI).
Ada 2 (dua) bentuk Patriotisme:
1.
Patriotisme
Buta (Blind Patriotism) : keterikatan kepada bangsa dan negara tanpa mengenal
toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan : “right or wrong is my
country” (benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung
sepenuhnya).
2.
Patriotisme
Konstruktif (Constructive Patriotisme) : keterikatan kepada bangsa dan negara
dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa
perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.
Perwujudan
sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada :
1.
Masa
Darurat (Perang) : Sikap patriotisme pada masa darurat (perang) dapat
diwujudkan dengan cara : mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik
melawan penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang
terluka, dsb.
2.
Masa
Damai (Pasca kemerdekaan) : Sikap patriotism pada masa damai dapat diwujudkan
dengan cara : menegakkan hokum dan kebenaran, memajukan pendidikan, memberantas
kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal,
memelihara persaudaraan dan persatuan, dsb.
Semangat kebangsaan (Nasionalisme dan Patriotisme) dapat diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar dengan cara melalui : Keteladanan,
Pewarisan, Ketokohan.
Semangat kebangsaan (Nasionalisme dan Patriotisme) dapat diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar dengan cara melalui : Keteladanan,
Pewarisan, Ketokohan.
2.2
Tema
Patriotisme dan Karakteristiknya
Munculnya
syair patriotisme dalam dunia sastra arab modern erat hubungannya dengan
penjajahan negara Eropa atas negara-negara arab. Bermula pada tahun 1798, saat Napoleon
Bonaparte menginjakkan kaki di Mesir. Bernard Lewis menyebutnya sebagai a
watershed in history dan the first shock to Islamic complacency, the
first impulse to westernization and reform. Para ahli sejarah sepakat bahwa kedatangan
Bonaparte di Mesir merupakan tonggak penting bagi kaum Muslim dan juga bagi
bangsa Eropa. Albert Hourani, sejarawan Inggris keturunan Lebanon,
menjadikannya sebagai awal era
liberal bagi bangsa Arab dan kaum Islam. Seperti yang ia jelaskan dalam
bukunya, Arabic Thought in the Liberal Age, kedatangan Bonaparte ke
Mesir bukan sekadar penaklukan militer, melainkan juga awal kebangkitan
kesadaran kaum Muslim akan diri mereka.
Para pembaharu
awal seperti al-Tahtawi, al-Tunisi, dan al-Kawakibi menyadari benar kondisi kaum
Muslim yang terbelakang. Perhatian utama mereka ialah bagaimana
mengubah keadaan ke arah yang lebih baik.
Mereka selalu membenturkan kondisi keterbelakangan kaum Muslim dengan kemajuan
Eropa. Persis seperti yang dipertanyakan Abd al-Rahman al-Kawakibi dalam
bukunya, limadza taakhkhara al-muslimun wa limadza taqaddama ghayruhum?
Seluruh
pemikiran dan gagasan yang dikemukakan para pembaharu Islam abad ke-19 berputar
pada upaya menjawab pertanyaan di atas. Adalah ironis, peradaban yang pada
masa silam memiliki sejarah gemilang dan kitab sucinya mewartakan “umat terbaik
di dunia” (khayru ummatin ukhrijat linnas) berada pada titik nadir
peradaban. Bukan hanya berada dalam keterbelakangan, mereka juga dalam
penjajahan bangsa lain.
Rifa’a al-Tahtawi (1801-1873) adalah salah
satu tokoh pembaharu pertama yang mencoba menjawab pertanyaan itu. Menurut
al-Tahtawi, kunci pertanyaan itu adalah “kebebasan” (hurriyyah).Bangsa Eropa
maju karena memiliki kebebasan.Temuan sains dan teknologi di Eropa sejak abad
ke-16 didorong oleh suasana kebebasan dalam masyarakat itu.Tahtawi menganggap
kebebasan bukan hanya kunci bagi kebahagiaan, tapi juga bagi keamanan dan
kesejahteraan.
Sebab utama
keterbelakangan kaum Muslim, menurut Tahtawi, ialah ketiadaan kebebasan itu.Ini
sudah terjadi sejak kerajaan Islam di Baghdad (abad ke-12) dan Cordova (abad
ke-15) runtuh. Sebaliknya, kebebasan berpikir yang dalam istilah agama dikenal
dengan ijtihad justru dimusuhi dan diharamkan.Selama rentang abad ke-15-ke-19,
wacana pemikiran Islam diwarnai dengan semangat menutup pintu ijtihad.
Karakteristik
syair patriotisme :
1. Dari sisi substansi
Syair ini
memiliki ketajaman isi yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme
pembacanya. Tembakan yang secara pedas mengkritisi kaum kolonialis juga menjadi
isi yang menarik dalam syair ini. karenanya syair patriotisme menjadi senjata
ampuh untuk mengakomodasi kekuatan pribumi yang masih tercecer dengan
menyatukan mereka dalam satu komando.
Maka dari itu, kebangkitan kaum pribumi dimulai dengan perantara syair
sangat efektif.
2. Dari sisi gaya bahasa
Syair
patriotism biasanya memiliki gaya bahasa yang tajam dan mampu menusuk ke dalam
relung hati pembaca yang terdalam. Bahasa yang dipergunakan penyair bisa
dipahami secara lafaz maupun makna, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan
dengan cepat bisa dipahami oleh pembaca. Demikian pula penggunaan gaya-gaya
bahasa balagiyah banyak ditemukan.
Dan salah satu yang menarik dari
gaya bahasa hafiz adalah penggunaan gaya bahasa arab fusha sebagaimana
bahasa al quran, dan model bahasa arab autentik. Ini memunculkan kolaborasi
klasik dan modern. Klasik dari sisi gramatikal dan modern dari sisi konten
syair yakni nasionalisme.
3.
Dari sisi hubungannya dengan zaman
dan lingkungan
Konten atau tema yang diangkat
penyair patriotisme sangat mewakili situasi sosial maupun politik yang terjadi
pada masanya, sehingga karya penyair ini mendapat sambutan yang baik dan segera
ditanggapi dengan munculnya jiwa-jiwa nasionalisme warga pribumi yang terjajah.
2.3
Sastrawan
dan karyanya
1.
Mahmud
Sami Al Barudi
Barudi mempunyai nama
lengkap Mahmud Sami Pasha bin Hasan Husni Bek Al-Barudi yang lahir dikawasan
Bakhirah tepatnya di desa Itay Al-Barud pada tahun 1838 M/1255 H.
Semenjak kecil ia dibesarkan oleh keluarga Jarkasyi, ayahnya wafat saat ia
berumur 7 tahun. Sejak saat itulah keluarga Jarkasyi sebagai sanak familinya
mengambil alih kehidupan Barudi kecil,
mengasuhnya, serta membina pendidikannya. Menginjak masa remajanya pada
umur 12 tahun Al-Barudi tertarik untuk menempuh dan melanjutkan pendidikannya
di sekolah kemiliteran dan lulus ketika usianya menginjak 26 tahun. Jabatan
yang pernah disandangnya ialah sebagai mentri pertahanan dan mentri perwakafan.
Kesuksesan karirnya
dalam dunia militer di peroleh dengan kerja keras, dan itu ia mulainya dari
bawah. Al Barudi dikenal sebagai seorang prajurit yang miltan, penuh disiplin
dan berpikir tajam, maka tidak heran bila dalam jangka waktu yang relatif
singkat ia telah memperoleh pengetahuan yang mumpuni dalam dunia militer,
menguasai banyak teori dan strategi-strategi kemiliteran secara komperhensif.
Setelah lulus dari sekolahnya di Mesir, Al-Barudi dikirim menuju Paris dan
Inggris untuk urusan militer. Pada tahun 1294 H ia di angkat sebagai komandan
perwira. Pada tahun 1282 H/1879 H Ia mengikuti sebuah perang di Semenanjung
Kerit dengan atas nama Mesir membantu Turki untuk melawan Rusia
Dalam dunia militer
karirnya semakin melesat naik, pada tahun 1299 H Al-Barudi diangkat sebagai
Perdana menteridi Mesir. Kesuksesan dan kecemerlangannya dalam dunia
kemiliteran membuat banyak orang menjulukinya dengan sebutan Si Raja Pedang.
Ketika bangsa Arab
mengadakan pemberontakan, Al-Barudi ditangkap dan dibuang ke daerah
Sarnadib (Sailan) selama 17 tahun. Dalam masa pembuangannya itu ia banyak
merenung dan mereflesikan diri tentang kehidupannya, walau pada akhirnya
sebelum di bebaskan ia terserang penyakit yang membuat kedua matanya
buta. Setelah bebas ia dikembalikan lagi ke Mesir. Dan disana jugalah menjadi
tempat peristirahatan terakhir bagi Al-Barudi, ia meninggal dunia pada tahun
1904 di Kairo.
Contoh puisi Al Barudi yang bertemakan patriotisme seperti di bawah
ini:
من وحي منفي
البارودي في جزيرة سرنديب للبارودي
#ولكن لأمرٍ أوجبتهُ المفاخرُ
|
1. وَما
حملَ السَّيْفَ الْكَمِيُّ لِزِينَة ٍ
|
Tidaklah
ksatria membawa pedang hanya untuk perhiasan, melainkan tujuan mulialah yang
mewajibkannya.
#فكلُّ زهيدٍ يَمسكُ النَّفسَ جابِرُ
|
2. إذا لَم
يكُنْ إلاَّ المعيشة َ مَطلبٌ
|
Jika yang di
cari hanyalah kehidupan dunia, maka ia harus bersiap dengan bagian yang sedikit
saja.
#ولا شهرَ السيفَ اليمانى َّ شاهرُ
|
3.
فَلَوْلاَ الْعُلاَ ما أَرْسَلَ السَّهْم نَازِعٌ
|
Jika bukan
karena tujuan yang luhur, panah takkan kubentangkan dan pedang orang Yaman
takkan terkenal
#ويَقبلَ مَكذوبَ المُنى وهوَ صاغرُ
|
4. منَ
العارِ أن يرضى الدنيَّة َ ماجدٌ
|
Aku termasuk
orang yang hina jika rela dengan cela, dan menerima kebohongan juga angan-angan
palsu yang hina
#ولا ذَنبَ لى إن عارَضتنى المقادِرُ
|
5. على َّ
طلابُ العزِّ من مُستقرِّهِ
|
Bagiku yang terpenting adalah niat yang mulia,
dan aku tak merasa berdosa jika nasib baik tak berpihak
#على َّ، وعِرضى ناصِحُ الجيبِ
وافِرُ ؟
|
6. فماذا
عَسى الأعداءُ أن يتقوَّلوا
|
Apa gunanya
musuh menebar fitnah atas diriku, sedangkan kemuliaanku bersih dan terjaga?
#تُعابُ بِهَا، والدَّهْرُ فِيهِ
الْمعَايرُ
|
7. ولكِنْ
أَبَتْ نَفْسِي الْكَرِيمَة ُ سَوْأَة ً
|
Akan tetapi jiwa muliaku menolak keburukan penyebab aib sampai kapanpun.
#نَعِيمٌ، ولاَ تَعْدُو عَلَيْهِ
الْمفَاقِرُ
|
1. أنا
المرءُ لا يثنيهِ عن دركِ العُلا
|
Aku adalah seorang
manusia yang memiliki tujuan mulia, kenikmatan dan kefakiran tak menghalangiku
untuk mencapainya
#صَئُولٌ وأَفْوَاهُ الْمَنَايَ
فَوَاغِرُ
|
2. قَئُولٌ
وَأَحْلاَمُ الرِّجالِ عَوَازِبٌ
|
Lisan yang
fasih, remaja yang mengigau juga pemberani, semuanya sama menghadapi mulut
kematian yang selalu menganga
#وَلاَ أَنَا إِنْ أَقْصَانِيَ
الْعُدْمُ بَاسِرُ
|
3. فَلاَ
أَنا إِنْ أَدْنَانِيَ الْوَجْدُ بَاسِمٌ
|
Aku bukanlah
orang yang tersenyum jika dekat dengan cahaya, dan aku bukanlah orang yang
cemberut jika ketiadaan membawaku jauh
#وَلاَ الْمَالُ إِنْ لَمْ يَشْرُفِ
الْمَرْءُ ساتِرُ
|
4. فَمَا
الْفَقْرإِنْ لَمْ يَدْنَسِ الْعِرْضُ فَاضِحٌ
|
Tidaklah
fakir menjadi aib jika berbuat mulia dan tidaklah harta akan menutupi aib jika
tidak berbuat mulia
#وكَمْ سَيِّدٍ دارتْ علَيْهِ
الدَّوائِرُ
|
1. فكَم
بطلٍ فَلَّ الزَّمانُ شباتَهُ
|
Banyak
pahlawan yang habis kakuatannya termakan zaman, dan banyak para sayid yang
tertimpa bencana
#وأى ُّ جوادٍ لم تَخنهُ الحوافِرُ ؟
|
2. وأى ُّ
حسامٍ لم تُصبهُ كلالَة ٌ ؟
|
Pedang mana
yang tidak akan tumpul? dan kuda mana yang tidak pernah tergelincir?
#غيابتُها ، واللهُ من شاءَ ناصِرُ
|
3. وَمَا
هِيَ إِلاَّ غَمْرَة ٌ، ثُمَّ تَنْجلِي
|
Itu hanyalah
kegelapan yang sementara dan akan segera lenyap, dan Allah akan menolong
siapapun yang dikehendaki-Nya
#إِلَى غَايَة ٍ تَنْفَتُّ فيهَا
الْمَرائرُ
|
4.
فَمَهْلاً بَنِي الدُّنْيَا عَلَيْنَا، فَإِنَّنَا
|
Kita sebagai
penghuni dunia harus bersabar, karena ia akan segera berakhir dan hancur
berkeping-keping
#على فَلكة ِ السَّاقينِ فيها
المآزِرُ
|
5. تطولُ
بِها الأنفاسُ بُهراً ، وتلتوِى
|
Ketika nafas
nafas tersengal-sengal dan terasa sesak, jelas terdengar erangan pada
tenggorokan yang sekarat
#فَما أَوَّلٌ إِلاَّ وَيَتْلُوهُ
آخِرُ
|
6.
وَعَمَّا قَلِيلٍ يَنْتَهِي الأَمْرُ كُلُّهُ
|
Dalam
sekejap berakhirlah segalanya, tidak ada permulaan kecuali aka nada akhirnya
2.
Rifa’ah
Al Thahtawi
Al-Tahtawi nama lengkapnya adalah Rafa`ah Bey Badawi Al-tahtawi,
lahir di kota Tahta ( di dataran tinggi Mesir ) pada masa pemerintahan Muhammad
ali, yaitu pada tahun 1802 M. Orang tuanya dari kaum bangsawan, tetapi sedikit
pengalaman. Namun keluarganya yang tradisi keagamaannya kuat itu menjadikan
al-Tahtawi tekun mempelajari Al-Qur'an sejak kecil.
Ketika berusia 16 tahun beliau berangkat ke Kairo untuk belajar di
Al-Azhar, dibawah pengawasan atau bimbingan syekh Hassan Al-Attar.Al-Tahtawi
sebagai murid kesayangnya. Setelah lima tahun dapat menyelesaikan studinya (
1822 M ) Al-Tahtawi banyak berhubungan dengan para ilmuwan Perancis yang datang
bersama Napoleon ke Mesir. Karena ketekunan dan ketajaman pikiran Al-Tahtawi,
gurunya Syekh Al-Attar selalu memberikan dorongan agar selalu menambah ilmu
pengetahuan.
Selesai studi di Al-Azhar, Al-Tahtawi mengajar di Universitas
tersebut selam 2 Tahun. Dan pada tahun 1824 M dapat juga raih gelar "
Master " pada Egyptian Army di Mesir. Pada tahun itu pula, diangkat
menjadi imam bagi mahasiswa-mahasiswa yang dikirim oleh Muhammad Ali ke Jomard
di paris, untuk bahasa Perancis dan ilmu-ilmu modern. Tetapi disamping tugasnya
sebagai imam, ia juga ikut belajar.
Selama 5 tahun di Paris, ia kursus privat bahasa Perancis, sehingga
dalam waktu lima tahun itu, ia mampu menerjemahkan sejumlah 12 buku dan
risalah, diantaranya risalah tentang sejarah Alexander Macedonia, buku-buku
mengenai pertambangan, ilmu bumi, akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa,
risalah tentang ilmu teknik, hak-hak manusia, kesehatan jasmani dan sebagainya.
Di Paris, Al-Tahtawi menghabiskan waktunya untuk membaca berbagai macam buku
ilmu pengetahuan.
Sekembalinya dari paris pada tahun 1832 M ke Mesir, ia diangkat
sebagai penerjemah dan sebagai guru Besar pada sekolah kedokteran perancis di
Kairo.Dua tahun kemudian ( 1835 ), ia pindah ke sekolah Artelery sebagai
penterjemah buku-buku ilmu teknik dan kemiliteran. Setahun kemudian (1836)
didirikan sekolah penerjemah ( School of Foreign Languages ) atau Sekolah
Bahasa-bahasa Asing dan Al-Tahtawi sebagai direktur dan sebagai penanggung
jawab harian Al Waqa`al Mishriah.
Setelah Muhammad Ali meninggal (1848) maka cucunya Abbas sebagai
gantinya, dan Al-Tahtawi kemudian dikirim ke Sudan sebagai kepala sekolah di
Kartoum. Setelah Abbas meninggal (1854) Al-Tahtawi kembali ke Mesir atas
panggilan pengganti Abbas, yaitu Said Pasya, ia diangkat sebagai direktur
sekolah Militer. Pada tahun 1863 M di Mesir dibentuk suatu badan yang bertugas
menterjemahkan undang-undang Perancis dan bermarkas di kantor yang namanya
"Translation Office" dan Al-Tahtawi menerbitkan majalah
"Raudatul Madaris" untuk "Munistry of Education".
Al-Tahtawi sekembalinya dari mesir telah menterjemahkan buku-buku
di antaranya buku-buku tentang geografi, sejarah (Raja-raja Perancis, Raja-raja
Charles XI, Charles V, filsafat Yunani) dan Montesque dan Al Tahtawi juga
menulis buku-buku yang diterbitkan berupa tulisan atau karangan.
Di atara karangan-karangan Al Tahtawi adalah :
1)
Takhlisul
Ibriz fi Talkhish Pariz
2)
Manaahij
al Albaab al Mishriyah fii Manaahij al Adab al ‘Ashriyah
3)
Al
Mursyid al Amiin li al Banaat wa al Baniin
4)
Al
Qaul al Said fi Ijtihaad wa al Taqwa
5)
Anwar
Taufiq al Jaliil fi Akhbaar Mishr wa Tautsiq Bani Ismail
6)
Al
Madzaahib al ‘Arba’ah fi al Fiqh
7)
Qanuun
al Tijaari
8)
Al
Tuhfat al Maktabiyah fi al Nahwu
9)
Al
Manaafi’ al Umniyah
Buku-buku karangannya tersebut, bagi pembaca yang menelusinya dapat
merasakan bahwa si punulis sedang berkelana menju dunia pengetahuan yang lebih
luas, dibawaah kamondo pengetahuan yang kuat, menguasai jalan
pikiranya.Ayat-ayat Al Qur'an dan Sunnah Rasul SAW.Menjadi terhujam, terpatri
dalam hatinya.
Sehingga pengalaman dan keadaan masyarakat diwaktu itu tergugah hatinya
untuk memikirkan dan menerapkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam usaha kearah
kemajuan bangsanya.Hal-hal yang tidak disetujui dikemukakan secara berani,
meskipun dia sendiri menyadari bahwa tindakannya dapat mengakibatkan sedikit
kehebohan.Sehingga masih bersifat sederhana sesuai kondasi saat itu.
Salah satu karya beliau adalah syair Patriotisme :
· يــــا
أيــــــــــها الجـــــــــــــــــــــــــــــــــنود والقـــــــــــــــــــادة الأســـــــــــــــــــود
إن
أمــــــــــــــــــــكم حســـــــــود يعــــــــــــود
هامي المدمــــــع
فـــــــكم
لــــــــكم حــــــــــروب بنـــــــــــــــصركـــــــم
تئــــــــــــــــــوب
لــــــم
تثنـــــكم خـطـــــــــــوب و
لا اقتحــــــــــــــام معمع
و كم شهدتم من
وغــى و كم هزمتم من بــغى
فــــــــمن
تعدى و طـــــــــغى على
حمـــاكم يصـــــــــــــــرع
Arti syi’ir ini ialah sebagai berikut:
Wahai
para tentara dan para pemimpin;
Janganlah
dengki memperbudak kalian, kesedihanku akan kembali dengan membawa air mata;
Berapapun
peperangan yang kalian menangkan dengan taubat kalian;
Tak
ada satupun penyair yang memujimu dan tak ada kekalutan yang menyerangmu;
Berapapun
peperangan yang kalian hadapi dan pembangkang yang kalian bunuh;
Maka ketika
kalian melanggar dan melewati batas pertahanan, kalian akan terhina layaknya
dihempaskan ke tanah.
Rifa’ah telah menjadi seorang patriotis dan sangat mencintai tanah airnya,
sehingga ia banyak mengarang syi’ir
motivasi yang mengagungkan Mesir dan menyanjung para tentaranya. Syi’ir ini
dibuat ketika Rifa’ah berpidato di depan para tentara untuk menyemangati
mereka.
3.
Hafidz
Ibrahim
Hafidz Ibrahim lahir di desa Dairut tahun 1871 dan tumbuh besar di
Kairo. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hafidz Ibrahim. Ayahnya seorang insinyur
berdarah Mesir dan ibunya berdarah Turki. Kedua orang tuanya meninggal ketika
ia masih kecil. Dirinya diasuh dan dididik oleh pamannya,
Pendidikan Hafidz Ibrahim di sekolah dasar, sekolah menengah, dan
sekolah kemiliteran, diselesaikannya pada tahun 1891. Pada tahun 1896 ia
ditugaskan di Sudan. .di tempat itu lah ia banyak menemukan kesulitan dan
kehimpitan. Lalu, ia pindah ke Kairo hingga pada tahun 1911 ia ditetapkan
sebagai ketua jurusan sastra pada Universitas Darel al-Kutub. Ia mengabdi di
Universitas tersebut sampai pensiun (1932). Ia meninggal dalam jangka waktu
yang tidak lama setelah ia pensiun dari pekerjaannya dan kemudian disemayamkan
di pemakaman as-Sayyidah Nafisah.
Hafidz Ibrahim adalah seorang penyair dan penulis kenamaan. Ia
dikenal sebagai penyair nasionalis yang menentang pemerintahan Turki dan
Inggris. Dirinya juga sering disebut sebagai penyair rakyat karena
puisi-puisinya merupakan suara hati rakyat. Sehingga, ia anggap penyambung
lidah rakyat.
Karya-karya Hafidz Ibrahim antara lain:
1.
Karya
sastra antara lain:
الديوان , ليالى
, سطيح , الموجز فى الاقتصاد السياسي ,و كتيب فى التربية الأولية
2.
البؤساء
karya terjemahan dari les Miserables karangan
Victor Hugo yang berbahsa Prancis ke dalam bahasa Arab dan
3.
Antologi
puisi-puisi Hafidz Ibrahim juga terkumpul dalam sebuah buku الديوان حافظ ابراهيم dan المؤلفات
الكلمة
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Datangnya orang-orang Eropa ke
negara-negara Arab membawa perubahan besar kepada ilmu pengetahuan dan sastra
khususnya. Tibanya Bonaparte ke Mesir bukan hanya sekedar penaklukan militer,
melainkan juga awal kebangkitan kesadaran umat muslim akan kelemahan mereka
yang terjadi selama ini.
Al-Thahthawi salah satu ulama di
Mesir dan juga merupakan imam dari mahasiswa dan orang-orang yang di utus oleh
Muhammad Ali untuk belajar militer di perancis telah menyadari benar kondisi
kaum muslim yang sangat terbelakang ketika itu. Banyak pertanyaan-pernyataan
muncul tentang latar belakang keterbelakangan ini. Kemudian beliau menjawab
akan sebab dari semua ini adalah kebebasan berpikir yang di dalam agama disebut
ijtihad telah dimusuhi, dan juga beliau berpendapat bahwa kemajuan bangsa Eropa
tentang sains dan teknologi didorong oleh suasana kebebasan itu.
Sastra telah menjawab keberadaannya dan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya ketika itu. Sastra menjadi alat sulap
untuk menyihir dan membangkitkan rasa semangat kecintaan orang-orang di negeri
Arab akan tanah airnya. Tema-tema sastra akan
nasionalisme dan patriotisme banyak bermunculan dan menjadi senjata
untuk mengubah keterbelakangan dan keterpurukan umat Islam ketika itu dan telah
membawa negara-negara Arab kepada masa kebangkitan.
Daftar pustaka
- Ahmad al Iskandari dan Musthafa Anani.1979 Al-wasit
fi Adab al-Arabi wa tarikhihi, Kairo: Darul-Ma’arif.
- Fathoni, Achmad Atho’illah. 2007, Leksikon
Sastrawan Arab Modern Biografi dan Karyanya, Yogyakarta: Datamedia.
- Dahlan, Juwairiyah. Puisi Rifa’ah Thahthawi
Sebagai Penyair, Pembaharu Pendidikan dan Sosial Mesir (Kajian Analisis Puisi
Islami Masa Kebangkitan)
- nasionalisme/biografi-al-barudi-dan-syairnya.html
- /nasionalisme/pengertian-nasionalisme-dan-patriotisme.html
- SASTRA ARAB MODERN _ FITYAN.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar