Kamis, 26 Mei 2016

RINGKASAN KRITIK SASTRA PADA NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUH” KARYA AHMAD TOHARI

Nama : Faisal Akbar
NPM : 21402071069
Prodi : Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia
Mata Kuliah : Pembelajaran sastra
Tugas : Analisis Novel

KRITIK SASTRA PADA NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUH” KARYA AHMAD TOHARI

Setelah membaca lebih lanjut, ada dua hal penting yang menurut saya perlu ditelaah untuk memberikan pandangan kritis pada novel tersebut, yaitu :
·         Menurut saya, Ahmad Tohari sebagai seorang penulis novel cenderung ingin menghilangkan budaya negatif akan ronggeng yang telah bertahun-tahun menjadi perjalanan sejarah masyarakat di Jawa. Karena dalam novel tersebut hanya diceritakan sisi negatif dari budaya ronggeng saja, tidak ada pandangan positif dan bermanfaat sedikitpun dari ronggeng itu sendiri untuk masyarakat jawa khususnya pada masa kini.
Dalam hal mengungkap realita akan ronggeng, dijelaskan dua pengalaman penting srintil sebagai ronggeng pada novel tersebut dalam goresan kehidupannya. Pertama, ketika dia harus menjalankan peran sebagai gowok. Kedua, ketika pada akhir kehidupannya secara tidak dimengerti oleh srintil sendiri, ronggeng itu terlibat dalam kekuatan politik pada tahun 1965. Srintil yang bermartabat, cantik, dan masih sangat belia harus berhadapan dengan ketentuan sejarah yang sekalipun tak pernah dibayangkan.
·         Hal kedua yang perlu dikritik pada novel ini adalah adanya pemikiran Ahmad Tohari yang cenderung memihak kepada PKI pada peristiwa 1965 karena dalam isi ceritanya pada novel ini mengarahkan bahwasannya ada yang lebih bersalah dalam peristiwa tersebut sehingga memakan lebih banyak korban, Sedangkan sampai sekarang pun sejarah telah menutupinya, dalam tulisannya pada novel tersebut dijelaskan beberapa peristiwa penahanan dan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah, bodoh, tidak mengerti apa-apa dengan semena-mena mereka dianggap PKI. Dalam novel ini disebutkan diantara semuanya itu adalah masyarakat dukuh paruh yang tidak bisa membaca telah menjadi korban penahanan dan pembunuhan keji bersama anggota PKI lainnya. Menurut saya, Ahmad Tohari ingin menjelaskan bahwa pada realitanya dibalik peristiwa G30S/PKI, dampaknya telah memakan lebih banyak korban dari korban yang telah dilakukan oleh PKI sendiri, termasuk masyarakat yang bodoh pada waktu itu dan tidak bersalah seperti halnya masyarakat Dukuh Paruh yang dianggap sebagai bagian dari PKI menjadi korban pembunuhan.

Dari kedua hal tersebut, menurut saya Ahmad Tohari ingin mengubah pola pikir masyarakat pedesaan dari keterbelakangan dimata orang kota. Beliau menginginkan bahwasannya masyarakat desa juga harus memiliki  ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas sama seperti masyarakat di kota, sehingga negara Indonesia mempunyai kemampuan SDM yang baik dan merata secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar