Nama : Faisal Akbar
NPM : 21402071069
Prodi : Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia
Mata Kuliah : Pembelajaran sastra
Tugas : Analisis Novel
KRITIK SASTRA PADA NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUH” KARYA AHMAD TOHARI
Setelah membaca lebih lanjut, ada dua hal penting yang menurut saya perlu ditelaah untuk memberikan pandangan kritis pada novel
tersebut, yaitu :
·
Menurut saya, Ahmad Tohari sebagai seorang penulis novel cenderung
ingin menghilangkan budaya negatif akan ronggeng yang telah bertahun-tahun menjadi perjalanan
sejarah masyarakat di Jawa. Karena dalam novel tersebut hanya diceritakan sisi
negatif dari budaya ronggeng saja, tidak ada pandangan positif dan bermanfaat
sedikitpun dari ronggeng itu sendiri untuk masyarakat jawa khususnya pada masa
kini.
Dalam hal mengungkap realita akan ronggeng, dijelaskan dua
pengalaman penting srintil sebagai ronggeng pada novel tersebut dalam goresan
kehidupannya. Pertama, ketika dia harus menjalankan peran sebagai gowok.
Kedua, ketika pada akhir kehidupannya secara tidak dimengerti oleh srintil
sendiri, ronggeng itu terlibat dalam kekuatan politik pada tahun 1965. Srintil
yang bermartabat, cantik, dan masih sangat belia harus berhadapan dengan
ketentuan sejarah yang sekalipun tak pernah dibayangkan.
·
Hal kedua yang perlu dikritik pada novel ini adalah adanya
pemikiran Ahmad Tohari yang cenderung memihak kepada PKI pada peristiwa 1965
karena dalam isi ceritanya pada novel ini mengarahkan bahwasannya ada yang
lebih bersalah dalam peristiwa tersebut sehingga memakan lebih banyak korban, Sedangkan
sampai sekarang pun sejarah telah menutupinya, dalam tulisannya pada novel
tersebut dijelaskan beberapa peristiwa penahanan dan pembunuhan orang-orang
yang tidak bersalah, bodoh, tidak mengerti apa-apa dengan semena-mena mereka dianggap PKI. Dalam
novel ini disebutkan diantara semuanya itu adalah masyarakat dukuh paruh
yang tidak bisa membaca telah menjadi korban penahanan dan pembunuhan keji
bersama anggota PKI lainnya. Menurut saya, Ahmad Tohari ingin menjelaskan bahwa
pada realitanya dibalik peristiwa G30S/PKI, dampaknya telah memakan lebih
banyak korban dari korban yang telah dilakukan oleh PKI sendiri, termasuk
masyarakat yang bodoh pada waktu itu dan tidak bersalah seperti halnya
masyarakat Dukuh Paruh yang dianggap sebagai bagian dari PKI menjadi korban pembunuhan.
Dari kedua hal
tersebut, menurut saya Ahmad Tohari ingin mengubah pola pikir masyarakat
pedesaan dari keterbelakangan dimata orang kota. Beliau menginginkan bahwasannya
masyarakat desa juga harus memiliki ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas sama seperti masyarakat di kota, sehingga
negara Indonesia mempunyai kemampuan SDM yang baik dan merata secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar