Kamis, 19 Mei 2016

TEORI PEMEROLEHAN BAHASA MODEL NATIFIS LAD


BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
Sejak behaviorisme khususnya TPB Model Pengondisian Operan memperoleh kritik dan sanggahan, muncullah pandangan baru mengenai pemerolehan bahasa. Pandangan baru tersebut dilandasi oleh pikiran-pikiran rasionalis. Sejalan dengan pandangan rasionalis ini, muncullah usaha-usaha membangun dan mengontruksi TPB baru (sebagai alternatif TPB Model Pengondisian Operan) berdasarkan pikiran-pikiran rasionalis. Dalam kaitan ini sangat besar dan signifikan peranan Chomsky yang telah mengubah pandangan tentang pemerolehan bahasa dan yang merintis munculnya TPB baru yang rasionalis, yaitu TPB Model Nativis LAD. Sehubungan dengan hal itu, Chomsky dapat dianggap pencetus dan pengemuka TPB Nativis LAD.

1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan TPB Model Nativis LAD ?
2. Bagaimana Pandangan TPB Model Nativis LAD ?
3. Bagaimana kritik TPB Model Nativis LAD ?       

1.3  Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui landasan TPB Model Nativis LAD
2.      Untuk mengetahui pandangan TPB Model Nativis LAD
3.      Untuk mengetahui kritik TPB Model Nativis LAD

BAB II
                                                            Pembahasan

2.1 Landasan TPB Model Nativis LAD

        Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia memperoleh bahasa secara alami, teori ini kemudian dikenal dengan hipotesis nurani yang dipelopori oleh  chomsky. Hipotesis nurani lahir dari sebuah pertanyaan, sebenarnya alat apa yang digunakan anak dalam memperoleh bahasanya yang kemudian dijadikan bahan penelitian oleh kedua pelopor tersebut.
            Teori chomsky ini menegaskan bahwa bahasa merupakan warisan, manusia sejak lahir sudah dibekali genetik untuk berbahasa.maka hipotesis naluri berbahsa merupakan suatu asumsi yag menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian bahasa tidaklah diperoleh atau dipelajari, akan tetapi ditentukan oleh fitur fitur nurani yang khusus dari organisme manusia.hipotesis ini menekankan bahwa ada nya suatu benda yang dibawa manusa sejak lahir yaitu laguage acquisition device (LAD ). Cara kerja dari LAD ini bisa dijelaskan apabila sejumlah ucapan yang cukup memadai dari suatu bahasa ditangkap atau diberikan kepada LAD, maka LAD akan membentuk masukan itu menjadi tata bahasa formal sebagi keluaran.
            Sebagaimana telah disinggung di muka, TPB Model Nativis LAD Chomsky ini di topang secara kuat-kukuh oleh linguistik generatif transformasi dan filsafat rasionalisme Descartes (Chomsky, 1965:48). Kedua disiplin ini melandasi secara kukuh TPB Model Nativis LAD. Secukupnya di uraikan berikut ini.
            Sebagaimana diketahui, linguistik generatif transformasi dikemukakan juga oleh Chomsky. Secara konsepsional, linguistik generative ini meyakini bahwa bahasa merupakan cermin pikir dan hasil kecendikiawanan manusia yang selalu dihasilkan secara baru oleh setiap individu dengan operasi-operasi yang mengatasi jangkauan keinginan dan kesadaran manusia (Chomsky, 1975:4). Disni Chomsky mengartikan bahasa adalah seperangkat kalimat yang apabila ditinjau dari pola struktur dasarnya bersifat terbatas, dan sekaligus bersifat tak terbatas apabila ditinjau dari perwujudannya dalam bahasa (Busri dan Badrih, 2015:23).
            Bahasa dianggap sebagai sesuatu yang diciptakan oleh kedinamisan dan kemampuan organisme manusia yang menitikberatkan pada kemampuan kreatifnya (Samsuri, 1973:10). Dengan demikian, dalam linguistik generative transformasi matra kreatif bahasa dan kekreatifan manusia sangat diperhatikan pula bahasa tulis dan lisan, matra-matra universal dan individual bahasa, dan operasi-operasi bahasa (Samsuri, 1971:22).
            Sementara itu, filsafat rasionalisme Descartes menekankan rasio atau akal budi manusia. Hal itu dirumuskan dalam slogan Descartes yang sangat terkenal dalam buku “Risalah tentang Metode” [Discours la Methode]: Cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada. Berkenaan dengan slogan tersebut, ajarannya yang paling penting adalah kesangsian metodis, gagasan-gagasan kodrati atau bawaan, dan subtansi (Pardja, 1987). Manusia di pandang sebagai makhluk dualistis. Manusia terdiri dari dua subtansi, yaitu jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Dengan demikian, tubuh sekedar mesin yang dijalankan oleh jiwa (Pardja, 1987:10). Karena itu, jiwa atau pikiran merupakan komponen paling utama dan penting dalam diri manusia.
            Secara tersirat dan tersurat, pandangan-pandangan inilah yang melandasi pandangan-pandangan konseptual (baik yang menyangkut diri manusia selaku pembelajar proses pemerolehan bahasa) TPB Model Nativis LAD. Tegasnya, pandangan-pandangan TPB Model Nativis LAD diilhami sekaligus ditransformasikan dari pandangan-pandangan konseptual linguistik genaratif transformasi dan filsafat rasionalisme Descartes.


2.2 Pandangan TPB Model Nativis LAD

   Berbeda dengan kaum behaviorisme, kaum nativis atau mentalis berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama, sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah di programkan.
Pada hakikatnya aliran nativisme menekankan kemampuan dalam diri seorang anak. Oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari orang tua. Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat.
            Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Teori ini dipelopori oleh filosiof Jerman, Arthur Schopenhauer yang beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan.
            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam teori Nativisme:
1.       Faktor genetik, faktor gen dari kedua orang tua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia.
2.       Faktor kemampuan anak, faktor yang menjadikan faktor seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
3.       Faktor pertumbuhan anak adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal mala dia akan bersikap energik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang di miliki. Sebaliknya jika pertumbuhan anak tidak normal, maka anak tersebut tidak bisa mengenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
TPB model Nativis LAD menekankan spekulasi rasional tentang proses mental yang dialami oleh pembelajar sewaktu belajar bahasa. Pembelajar sebagai manusia dipandang selalu aktif dan kreatif (Chomsky, 1965:48). Jiwa manusia selalu aktif dan kreatif mengolah masukan masukan bahasa yang diterimanya. Keaktifan dan kekreatifan ini tidak bergantung pada adanya stimulus atau peneguhan yang berasal dari faktor eksternal lingkungan terutama orang tua. Keaktifan dan kekreatifan terjadi karena struktur kejiwaan memang bersubtansi demikian.
Dalam struktur kejiwaan manusia terdapat sebuah piranti yang mengurusi pemerolehan bahasa. Menurut TPB model Nativis LAD, setiap manusia normal yang dilahirkan ke dunia sudah diperlengkapi dengan sebuah piranti pemerolehan bahasa. Piranti itu lazim disebut dengan LAD ( Languange Aquisition device ) dan LAS (Languange Aquisition System) (Chomsky, 1965: 55). Sebagai contoh bahasa Indonesia dapat dibentuk TPB (Piranti Pemerolehan Bahasa) atau SPB ( Sistem Pemerolehan Bahasa ). Jadi, manusia lahir membawa LAD, bukan bahasa tertentu yang sudah pasti, manusia lahir membawa kemampuan kodrati untuk melakukan pemerolehan bahasa apa pun, bukan kosong sama sekali sebagaimana diyakini oleh teori tabula rasa (Brown, 1980: 20). Tanpa adanya LAD mustahil seseorang dapat menguasai bahasa pertama dalam waktu yang relatif cepat-singkat dan menguasai suatu sistem bahasa yang demikian kompleks dan abstrak keberadaannya.
Adanya LAD dalam struktur kejiwaan manusia sebagai mana diyakini oleh TPB model nativis LAD didukung oleh bukti neurobiologis atau kajian neurolinguistik yang dikerjakan oleh TPB model neurobiologis. Dalam struktur anatomis manusia ternyata juga terdapat bagian-bagian otak dan saraf-saraf tertentu yang yang mengurusi bahasa. Berdasarkan kajian neurobiologis ditemukan bahwa hemisfer serebral kiri otak manusia bertugas mengurusi bahasa.
            Dalam hemisfer serebral kiri ini terdapat daerah broca, daerah wernicke, daerah kortek superior atau kortikal motoris, daerah rolando, sistem sentral sefalis, daerah-daerah audotoris utama, dan daerah visual utama. Daerah-daerah ini beserta saraf-saraf yang menghubungkannya menjadi sebuah struktur anatomis otak sepenuhnya mengurusi bahasa manusia, dalam hal ini mengurusi pemahaman dan produksi bahasa (Paivio dan Berg, 1981). Dengan demikian, struktur anatomis ini mendukung sepenuhnya klaim TPB model Naitivis LAD, tentang adanya LAD didalam struktur kejiwaan manusia.
            Secara konseptual LAD ini didefinisikan sebagai struktur kejiwaan yang mengurusi bahasa yang secara kodrati atau bawaan terdapat dalam benak setiap manusia sejak lahirnya. Jadi, LAD tersebut dimiliki setiap manusia pada umumnya (Chomsky, 1965: 31). Secara pasti dan konkret isi LAD memang tidak dapat diketahui. Yang jelas dengan komponen-komponen tersebut LAD mampu memproses masukan data linguistik yang diterimanya dengan jalan internalisasi. Dengan kata lain, LAD berkemampuan menginternalisasikan masukan data linguistik dan mebuat kaidah-kaidah tata bahasa (Chomsky, 1965:31).
            Mc Neil menambahkan bahwa LAD memiliki kemampuan untuk (1) memilah-milahkan antara suara manusia dengan suara yang lain, (2) mengorganisasikan kejadian-kejadian linguistis menjadi kelas-kelas tertentu yang secara “sambil jalan” klasifikasi ini disempurnakan, (3) mangatur data linguistik yang sudah diklasifikasikan pada butir, (4) mengadakan penilaian terus-menerus dalam rangka membuat sistem bahasa yang paling sederhana. Jadi, LAD memiliki kemampuan mengolah masukan data linguistik yang diterimanya menjadi kompetisi gramatikal (Brown, 1980: 80).
            Berdasarkan paparan tentang konsep dan prinsip kerja LAD tersebut dapat dipahami ihwal pemerolehan bahasa berlangsung menurut TPB model Nativis LAD. Menurut TPB model nativis LAD terdapat 3 komponen mekanisme pemerolehan bahasa yaitu masukan, pengolah, dan keluaran. Masukan berisi data linguistik primer yang merupakan bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia. Pengolah berisi LAD dengan prinsip-prinsip kerja sebagaimana dikemukakan di muka. Keluaran berisi kompetensi gramatikal bahasa yang dipelajari pembelajar.


DATA LINGUISTIK PRIMER

KELUARAN

PENGOLAH
 


           





            Perlu ditambahkan disini bahwa data linguistik primer berupa ujaran orang dewasa dan kompetensi gramatikal berupa tata bahasa yang pada akhirnya terwujud dalam ujaran-ujaran pembelajar.
            Mekanisme kerja tersebut menunjukkan bahwa proses pemerolehan bahasa sangat tergantung pada LAD. LAD adalah satu-satunya komponen yang terlibat pada proses pemerolehan bahasa. Tidak ada komponen lain (baik komponen kognitif maupun afektif) selain LAD yang beroperasi sewaktu proses pemerolehan bahasa berlangsung. Hal ini mengimplikasikan bahwa proses pemerolehan bahasa mengikuti strategi umu tanpa dipengaruhi faktor-faktor lain. Dalam huungan inilah kemudian Chomsky memutuskan hipotesis universal dan adanya tata bahasa universal. Hipotesis universal meyakini bahwa faktor linguistik lebih menentukan proses pemerolehan dari pada faktor-faktor kognitif umum. Sedangkan tata bahasa universal merupakan sifat yang sudah melekat dalam pikiran manusia yang terdiri dari seperangkat prinsip umum yang diterapkan pada semua bahasa dari pada seperangkat kaidah umum.
            Implikasi lebih lanjut pengakuan adanya tata bahasa universal sewaktu LAD beroperasi ialah bahwa pemerolehan bahasa mengikuti tahapan-tahapan dan urutan-urutan pemerolehan yang teratur dan sistematis. Seseorang yang belajar bahasa akan memperoleh bahasa yang dipelajarinya secara berangsur-angsur sesuai dengan strategi umum pemerolehan bahasa yang terdapat dalam LAD. Hal ini telah dibuktikan dengan kajian-kajian khusus, longitudinal jangka panjang, dan lintas seksional dalam jangka pendek.
             Kasus kendali dibawah ini menyongkong sepenuhnya pertanyaan diatas, kendali mengungkapkan “Kimmy naik sepeda” melalui proses sebagai berikut (Saryono, 2010:40) :



TAHAP 1
baba
 






TAHAP 2
bike

TAHAP 3
Kimmy Bike

TAHAP 4
Kimmy ride bike

TAHAP 5
Kimmy is riding on a bike
 
























            Dalam penelitiannya, Klima dan Bellugi menemukan bahwa anak-anak yang belajar bahasa Inggris sebagai B1 memperoleh negasi melalui 3 tahapan. Pertama, mereka menempatkan negasi di depan kalimat afirmatif. Kedua, pamarkah negatif digunakan ditengah-tengah ujaran dan digunakan bersama-sama dengan can dan do. Ketiga, kopula be dan modal will digunakan bersama-sama dengan pemarkah negasi. Pada tahapan ini penguasaan mereka tentang kalimat negasi hampir betul, kecuali tenses. Disamping itu, Clark (1977 : 347-351) juga mengamati pola-pola peniruan anak terhadap pola-pola orang dewasa Clark menemukan 3 tahapan perkembangan peniruan anak-anak tiga tahapan tersebut sebegai berikut :

Norma Dewasa                                                                                  Peniruan anak-anak
Lassie doesn’t like the water                                                              He no like water
Does Jhonie want a car                                                                       Jhonie want car
The cat is being chased by dog                                                           Cat chasing dog
Jill dan Peter meneliti pemerolehan morfem, dengan menggunakan rancangan lintas seksional, sebanyak 21 anak diteliti. Kedua puluh satu anak tersebut diuji penguasaanya terhadap morfem-morfem gramatikal (14 morfem gramatikal bahasa Inggris) berdasarkan kecermatan ujarannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa urutan kecermatan yang diperoleh sama atau mirip. Hal ini berarti anak-anak menggunakan strategi umum dalam pemerolehannya dan aktif-kreatif selama pemerolehan (Littlewood, 1985:9).


2.3 Kritik TPB Model Nativis LAD

            Meskipun banyak penelitian telah mendukung pandangan dasar TPB model Nativis LAD, berbagai kritik teralamatkan juga pada teori model ini. Kritik-kritik dari berbagai ahli bahasa dan pengajaran bahasa terhadap model ini terpusat pada konsep LAD yang dicetuskan Chomsky. Kritik-kritik itu diantaranya dikemukakan oleh McNeil (1970), Brown (1980), Paivio dan Berg (1981), dan Ellis.
            Brown (1980:22) mengkritik proposisi LAD yang dikemukakan oleh Chomsky. Dia mengatakan bahwa proposisi LAD terlalu filosofis dan tidak memiliki landasan yang kuat. Secara ekstrem McNeil menambahkan bahwa LAD adalah fiktif belaka, tak ada pernyataan neurobiologis atau fisikal. Menurut Brown proposisi adanya Tuhan yang menciptakan manusia, kita tidak tahu secara pasti bagaimana manusia diciptakan sehingga kita mengusulkan suatu entitas sebagai pencipta manusia. Demikian juga hakikat adanya LAD, kita sebenarnya tidak mengetahui secara pasti bagaimana anak mampu mengolah data bahasa sehingga dia mampu mengolah bahasa pertama dengan baik. Oleh sebab itu, kita menciptakan LAD yang kita anggap sebagai suatu pada paparan-paparan di muka.
            Sementara itu Pavio dan Berg mempertanyakan asumsi dan pandangan dasar TPB Model Nativis LAD mengenai kekodratian kemampuan dan kememadaian model linguistik generatif transformasi sebagai pendekatan untuk mengkaji perkembangan bahasa. Mereka mengemukakan bahwa walaupun ujaran-ujaran anak-anak dapat dibangkitkan melalui kaidah struktur dasar, tetapi kemampuan itu tidak berarti kodrati atau bawaan. Selain itu, dapatkah setiap konstruksi diperoleh melalui pengalaman? Beberapa bukti menunjukkan demikian. Hal ini menunjukkan kelemahan TPB Model Nativis LAD yang menyatakan bahwa peranan lingkungan kecil sekali dalam pemerolehan bahasa pertama.
            Selanjutnya, Francesto (1987:134) juga mempertanyakan mekanisme kerja LAD pada anak-anak yang bilingual. Dia bertanya : bagaimanakah mekanisme kerja LAD pada anak-anak bilingual dan lingkungan diglosa ? TPB model Nativis LAD sama sekali tidak menyinggung persoalan ini dalam paradigma teorinya. LAD hanya digunakan untuk satu bahasa. Sebab itu, Monks menyatakan bahwa LAD tidak bisa di uji secara empiris. LAD hanyalah spekulasi rasionalis-logis yang hanya hidup dalam pikiran manusia.
            Beberapa kritik yang dikemukakan di atas dapat dimengerti karena LAD memang sangat filosofis, rasionalis, dan sulit sekali dibuktikan secara empiris. Chomsky sendiri tidak pernah memberi bukti empiris melalui penelitian khusus dan longitudinal. Meskipun demikian, tidak berarti LAD tidak dapat dibuktikan secara empiris. Kemungkinan LAD dibuktikan secara empiris begitu besar. Bahkan adanya LAD itu sendiri secara rasionalis-logis dapat diterima sebab tidak mungkin manusia dapat memperoleh bahasa atau belajar bahasa tanpa mempunyai alat khusus untuk itu. Yang tidak dapat diterima adalah penggunaan LAD sebagai satu-satunya unsur yang menentukan pemerolehan bahasa (Saryono, 2010:44).
            Meskipun mendapatkan berbagai kritik dan sanggahan, TPB Model Nativis LAD patut dihargai dan dipujikan seperti sama halnya TPB model pengondisian operan. Penghargaan dan pemujian dapat berupa pembelaan dan pengakuan perannya. Baradja (1986:9) menyatakan ketidakmengertiannya atas kritik Brown. Dia berpendapat bahwa kritik Brown menegenai LAD kurang dilandasi oleh pandangan filosofis yang benar. Menurut Baradja, sebuah teori memang merupakan suatu proposisi yang menurut hakikatnya filosofis. Kekuatan suatu teori tidak terletak pada bisa atau tidaknya teori itu diamati, tetapi terletak pada kecocokan eksplanatori dengan fakta. Atas dasar hal ini, menurut Baradja, LAD dapat di ukur kebenarannya.
            Patut dihargai dan dipujikan juga peranan TPB Model Nativis LAD dalam memberikan ilham kepada para linguis dan ahli pengajaran bahasa kedua untuk meneliti pemerolehan B2. Harus diakui bahwa TPB Model Nativis LAD telah mendorong dilakukannya penelitian-penelitian pemerolehan B2 secara sistematis dan saksama.


BAB III
   Penutup

3.1 Kesimpulan

a)      TPB Model Nativis LAD atau Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia memperoleh bahasa secara alami, teori ini kemudian dikenal dengan hipotesis nurani yang dipelopori oleh  chomsky.
b)      TPB Model Nativis LAD Chomsky ini di topang secara kuat-kukuh dan berlandaskan oleh linguistik generatif transformasi dan filsafat rasionalisme descrates “cogito ergo sum”.
c)      TPB model Nativis LAD menekankan spekulasi rasional tentang proses mental yang dialami oleh pembelajar sewaktu belajar bahasa. Pembelajar sebagai manusia dipandang selalu aktif dan kreatif.
d)     Beberapa kritik yang dikemukakan di atas dapat dimengerti karena LAD memang sangat filosofis, rasionalis, dan sulit sekali dibuktikan secara empiris. Chomsky sendiri tidak pernah memberi bukti empiris melalui penelitian khusus dan longitudinal. Meskipun demikian, yang tidak dapat diterima dari semua kritik adalah penggunaan LAD sebagai satu-satunya unsur yang menentukan pemerolehan bahasa.


3.2 Saran

            Semua perbedaan teori tentang pemerolehan bahasa menandakan kemajemukan perhatian seluruh manusia terhadap ilmu kebahasaan. Setiap manusia akan memilih dimana tempat dia memposisikan dirinya terhadap sedemikian banyak teori yang ada. Semoga makalah tersebut memberikan hikmah kepada setiap pembaca yang mengapreasiasi setiap pemikiran-pemikiran orang-orang sebelum kita, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penyusun.
Daftar Pustaka
Baradja, M.F. 1986. Pemerolehan Bahasa Pertama. Buku Pegangan Pengajaran Bahasa. Malang: Fakultas Pascasarjana IKIP Malang.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chomsky, Noam. 1965. Aspect of the Theory of Syntax. Cambridge, Massachusetts : MIT Press.
Chomsky, Noam. 1968. Languange and Mind. New York: Phanteon Books.
Chomsky, Noam. 1975. Reflection on Languange. New York : Pantheon Books.
Clark, Hebbert H. dan Eve V Clark. 1977. Psycholinguistics. New York : Harcourt Jovanovivich,Inc.
Pardja, Juhaya S. 1987. Aliran-aliran Filsafat dari Rasionalisme hingga Sekularisme. Bandung : Alva Gracia.
Samsuri. 1971. Tata Bahasa Generatif Transformasi. Malang: Tim Publikasi Ilmiah FKSS IKIP Malang.
Saryono, Djoko. 2010. Pemerolehan Bahasa. Malang: Nasa Media.
ChaerAbdul,http://bio-sanjaya.blogspot.com/2015/03/materi-ukg-psikolinguistik-dan-teori.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar